Manado (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) terus menggalakkan program Sadar Wisata kepada seluruh masyarakat, guna menunjang pelaksanaan Visit Indonesian Year (VIY) tahun 2008. "Dimanapun lokasi yang berpotensi dikunjungi Wisatawan Mancanegara (Wisman) dan domestik, di situ program Sadar Wisata ditumbuhkembangkan," kata Wakil Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulut, Didi Sumampouw, Kamis di Manado. Sasaran utama program Sadar Wisata, yakni sejumlah sopir taksi di dalam pusat kota Manado, karena mereka merupakan ujung tombak bagi kunjungan turis, dengan memberikan sosialisasi serta pelatihan bahasa asing. Minat sejumlah sopir taksi menerima pelatihan bahasa asing dan etika sebagai tuan rumah sangat tinggi, sehingga pemerintah berharap kegiatan itu bias berlanjut. "Bahkan program Sadar Wisata sudah masuk ke perguruan tinggi dan sekolah-sekolah, agar siswa dan mahasiswa bisa memahami lebih jauh pentingnya daerah sebagai daerah tujuan wisata," katanya. Selain program Sadar Wisata, pemerintah optimis Sulut bisa dijadikan destinasi VIY 2008, selain Propinsi Bali dan beberapa daerah lain, karena banyak memiliki potensi alam untuk kunjungan wisman. Pemerintah daerah menargetkan kunjungan wisman tahun 2008 sekitar 25 ribu orang dari berbagai negara, serta 100 ribu orang wisatawan domestik, dengan mengedepankan berbagai objek wisata dan kebudayaannya. Taman Nasional Laut (TNL) Bunaken masih menjadi objek wisata primadona di Sulut, dengan penyumbang Pendapatan Asli Daerah cukup besar. Objek wisata lain akan terus dioptimalkan, diantaranya Bukit Kasih Kanonang, Sumeru Endo dan Danau Tondano di Kabupaten Minahasa, cagar alam Tangkoko dan selat Lembeh di Bitung, Pantai Moinit dan Bukit Doa di Minahasa Selatan serta beberapa lokasi lainnya. Anggota DPRD Sulut, Benny Rhamdani mengatakan, pemerintah daerah harus memperhatikan akses infrastruktur, seperti ketersediaan jalan kurang memadai, tidak ada kendaraan wisata, air bersih dan sebagainya, sebagai kendala utama penunjang wisata didaerah. "Jika akses infrastruktur kurang dimatangkan, VIY 2008 bisa tidak jalan baik di Sulut," kata personel F-PDIP. Selain minimnya infrastruktur penunjang pariwisata di Sulut, masalah lain yang timbul adalah lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) dimiliki masyarakat sebagai ujung tombak program tersebut, seperti beberapa sopir taksi tidak mengerti bahasa Inggris, serta tingkat keamanan masih meragukan di beberapa tempat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008