Jakarta (ANTARA) - Pemerintah dinilai perlu untuk memfasilitasi lebih banyak investor ke bidang produksi garam dalam rangka menstabilkan harga garam yang dilaporkan sejumlah media terus mengalami penurunan.

"Pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang lebih progresif," kata Anggota Komisi IV DPR RI Agung Widyantoro, Senin.

Menurut dia, sejumlah langkah progresif yang bisa diambil adalah mengolaborasikan antara investor dengan petani garam agar bisa bekerja sama.

Dengan demikian maka diharapkan maka harga garam dapat stabil ke depannya khususnya ketika masa menjelang panen raya di mana produksi akan semakin berlebih.

Apalagi, politisi Partai Golkar itu mengingatkan bahwa Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki hamparan garis pantai yang panjang sebagai lahan produksi garam.

Baca juga: Gubernur: Peningkatan produksi garam NTT kurangi defisit perdagangan

Sebelumnya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat mengaku optimistis daerahnya bisa membantu mengurangi defisit neraca perdagangan nasional lewat produksi komoditi garam yang sedang dikerjakan di daerah setempat.

"Defisit neraca perdagangan Indonesia cukup lumayan, kami sedang juga membantu itu lewat produksi garam," katanya di Kupang, 3 Juni.

Ia menjelaskan, kebutuhan garam nasional yang diimpor dalam tahun ini mencapai sebanyak 3,7 juta metrik ton. Untuk itu, ia menargetkan ke depan NTT mampu menyalurkan 1,5 juta metrik ton untuk kebutuhan nasional paling lambat hingga tahun 2025.

"Saya ingin 2025 kita menghasilkan 1,5 juta metrik ton garam berarti bisa bisa berkurang, dan itu sumbangan NTT mengurangi defisit perdagangan negara ini," katanya.

Sebelumnya, Gubernur Viktor telah meninjau lokasi produksi garam yang menyebar di sejumlah daerah seperti Kabupaten Malaka yang digarap PT Inti Daya Kencana dan Kabupaten Kupang oleh PT Timor Livestock Lestari.

Dalam kesempatan itu, ia mengatakan potensi lahan garam di kedua kabupaten tersebut mencapai hingga 8.000 hektare.

"Jika 8.000 hektare itu dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan 1,5 juta metrik ton garam. Ini lah yang membuat NTT akan menjadi daerah yang hebat, karena produksi garamnya," katanya.

Jumlah tersebut, kata dia, belum termasuk dengan kawasan tambak garam lain di kabupaten lain seperti di Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Nagekeo, serta Rote Ndao.

Baca juga: Kurangi impor dengan perbaiki kualitas stok garam
Baca juga: KKP: data akurat suplai-permintaan garam kunci impor

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019