Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Departemen Komunikasi dan Informatika (Postel Depkominfo) menyediakan anggaran Rp18 miliar pada 2008 untuk mengembangkan industri pita lebar (broadband) Wimax di Indonesia melalui program penelitian dan pengembangan produk domestik telekomunikasi bekerja sama dengan beberapa lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Dari anggaran itu sebanyak Rp8 miliar digunakan untuk membeli alat ukur penelitian dan software desain yang berlisensi, sementara sisanya sebesar Rp10 miliar untuk operasional penelitian dan honor peneliti yang berjumlah lebih dari 150 orang, kata Direktur Standarisasi Ditjen Postel Azhar Hasyim di Kantor Ditjen Postel di Jakarta, Selasa, usai penyerahan Alat Ukur Telekomunikasi untuk mendukung program penelitian dan pengembangan produk domestik telekomunikasi Wimax. Azhar mengatakan, sebelumnya Ditjen Postel mengalokasikan Rp16 miliar yang telah digunakan Rp14 miliar pada 2006 untuk penelitian dan pengembangan teknologi Wimax. Wimax merupakan salah satu teknologi telematika berbasis pita lebar (broadband) yang menggunakan frekuensi 2,3 MHz. Azhar mengatakan, program penelitian dan pengembangan produk domestik telekomunikasi Wimax melibatkan lembaga penelitian, beberapa perguruan tinggi dan industri telekomunikasi antara lain BPPT dan LIPI dari lembaga penelitian, sementara perguruan tinggi yaitu ITB Bandung, UI Jakarta, UGM Yogyakarta, Universitas Hasanudin Makassar dan ITS Surabaya, serta industri yaitu PT Hariff, PT INTI, PT Quasar dan PT Solusindo Kreasi Pratama (SKP). Dia menjelaskan penelitian pengembangan perangkat sistem radio Wimax ini dibagi menjadi empat kelompok besar yang terdiri dari kurang lebih 40 peneliti, di mana kelompok pertama dengan koordinator dari ITB akan mengembangkan desain chipset baseband dan control, kelompok kedua koordinator dari LIPI akan mengembangkan Radio Frekuensi dan base band, kelompok ketiga dengan koordinator dari UI akan mengembangkan antena untuk base station dan CPE dan kelompok ketiga dengan koordinator ITB akan mengembakan terminasi. "Kita harapkan sudah ada demo hasil penelitian pada Detiknas pada peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional Mei 2008 ini, dan penelitian benar-benar selesai pada akhir 2008 atau awal 2009," kata Azhar sambil menambahkan hasil penelitian berupa produk yang berkualitas dan murah yang dapat dikembangkan oleh industri dalam negeri sehingga menjadi produk pilihan operator telekomunikasi. Pada tahap awal, industri dalam negeri akan mengembangkan perangkat sistem radio Wimax dengan menggunakan chipset produk asing dan tahun ini produk ini sudah dapat dioperasikan, kemudian industri dalam negeri akan mengembangkan perangkat system radio Wimax dengan chipset produksi Indonesia yang dikembangkan melalui penelitian. Azhar mengatakan, produk lokal telekomunikasi ini perlu dikembangkan di Indonesia karena data menunjukkan perkembangan infrastruktur telekomunikasi mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dengan belanja modal sekitar Rp40 triliun pada kurun waktu 2004-2005 dan jumlah ini semakin meningkatkan dari tahun ke tahun. Dari total belanja total belanja infrastruktur telekomunikasi nasional tersebut, kontribusi industri manufaktur nasional hanya tiga persen, dan dari jumlah tiga persen tersebut, yang merupakan produk asli nasional hanya berkisar di angka 0,1 persen - 0,7 persen atau Rp1,2 miliar sampai Rp8,4 miliar. Sedangkan Dirjen Postel Dirjen Postel Depkominfo Basuki Yusuf Iskandar dalam kesempatan tersebut juga mengatakan Ditjen Postel telah mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pengembangan industri manufaktur telekomunikasi, misalnya pelindungan pasar terhadap produk lokal yaitu dengan mempersyaratkan kandungan lokal yang harus dipenuhi oleh penyelenggara telekomunikasi pada saat membangun infrastruktur. Peraturan tersebut telah diterapkan pada saat pemberian izin 3G yang mewajibkan sebesar 35 persen belanja modal (Capex) dan 50 persen belanja operasional (Opex) dari pengeluaran operator telekomunikasi menggunakan kandungan lokal. Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk mengembangkan industri komponen telekomunikasi dalam negeri yang pada awalnya dengan dukungan terhadap program penelitian dan pengembangan produk domestik telekomunikasi. "Postel punya program dukungan penelitian sebagai komitmen dari pemerintah untuk mengembangkan Wimax. Ini kesempatan untuk mulai membangkitkan industri telekomunikasi Indonesia. Saya yakin teknologi ini punya prospek untuk Indonesia," tambah Basuki. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008