Jayapura (ANTARA) - Pengusaha perhotelan di Jayapura mengklaim tingkat hunian di hotelnya mengalami penurunan hingga 50 persen lebih  setelah adanya kenaikan harga tiket pesawat dari dan ke luar Bumi Cenderawasih.

Pemilik Hotel Aston Jayapura, Freddy Tour di Jayapura, Rabu, mengatakan kenaikan harga tiket sangat berdampak sekali bagi bisnis perhotelan. Mahalnya harga jasa penerbangan ini banyak membuat masyarakat menunda membuat kegiatan di hotel, katanya.

"Ketika orang mau membuat event dengan harga tiket yang dulunya pada kisaran Rp2 jutaan sudah bisa ke Jayapura, kini harganya sudah mencapai Rp4-5 jutaan untuk sekali jalan, akhirnya orang akan menunda event-event di hotel," katanya.

Menurut Freddy, sejak kenaikan harga tiket pesawat ini, tingkat hunian di hotelnya mengalami penurunan bahkan belakangan ini sudah melampaui 50 persen.

"Jadi kini kami tinggal menunggu kebijakan dari pemerintah agar harga tiket ini dapat kembali normal," ujarnya.

Dia menjelaskan jika dibandingkan dengan kenaikan harga tiket pada tahun sebelumnya, pada 2019 harga tiket melambung sangat tinggi sehingga mempengaruhi tingkat kunjungan tamu.

"Sehingga jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah tamu kami tahun ini lebih sedikit padahal sudah mencapai pertengahan tahun dan banyak event di daerah-daerah yang biasanya menarik minat wisatawan," katanya lagi.

Dia menambahkan kenaikan harga tiket yang boleh dikatakan mencapai 100 persen ini cukup membuat pihaknya pusing sehingga mengharapkan ke depannya ada solusi terbaik dari pemerintah.

Baca juga: Harga tiket pesawat mahal berdampak pada kunjungan wisman ke Papua
Baca juga: Sembilan hotel berbintang akan masuk Papua


 

Pewarta: Hendrina Dian Kandipi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019