Jakarta (ANTARA News) - Dubes Iran untuk Indonesia Behrooz Kamalvandi menyatakan bahwa negara-negara barat dan Amerika Serikat telah melancarkan propaganda tidak adil dan sepihak terhadap Iran melalui isu nuklir. Menurut Behrooz dalam seminar tentang nuklir di Jakarta, Kamis, AS yang selama ini menentang program nuklir untuk tujuan damai di Iran, justru pernah mengirimkan reaktor nuklir riset ke Iran dengan kapasitas 5 Megawatt, yang kemudian digunakan untuk pengayaan uranium hingga 93 persen. Sebagai informasi, uranium yang sudah diperkaya diatas 90 persen sudah dapat digunakan untuk membuat bom atom. "Negara-negara barat tersebut, dengan kepura-puraan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, mencoba mencabut hak Iran atas penggunaan pengetahuan vital teknologi nuklir," kata Dubes Behrooz Kamalvandi. Dalam kesempatan itu, Dubes Iran menjelaskan, sejarah pengembangan tehnologi nuklir di Iran yang dimulai ketika pendirian Pusat Atom Universitas Tehran tahun 1956. Tepat tiga tahun setelah peluncuran Eisenhower Plan tentang Atom untuk perdamaian. Saat itu, tambah Dubes, ASt kemudian mengirimkan reaktor nuklir riset ke Iran dengan kapasitas lima Megawatt. Reaktor tersebut digunakan pengayaan uranium hingga 93 persen. Pada tahun 1974 dirikan organisasi Energi Atom Iran. Dan sejak saat itu dilakukan banyak investasi dan kontrak-kontrak pembangunan delapan pabrik tenaga atom di Bushehr dengan Jerman, di Karun dengan Perancis dan Saveh juga dengan Jerman. "Setelah kemenangan Revolusi Islam (1979), Iran memutuskan melanjutkan program nuklir untuk tujuan damai. Namun keputusan ini ditentang keras oleh Amerika Serikat dan negara-negara barat," kata Behrooz Kamalvandi.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008