Jakarta (ANTARA News) - Anggota BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia), Heru Sutadi, mengatakan bahwa para operator telekomunikasi tidak perlu takut dengan penurunan tarif ritel (tarif telepon sampai ke masyarakat), karena pasar telekomunikasi Indonesia masih luas. "Operator-operator tidak perlu takut tarif ritel yang turun, mengingat pasar telekomunikasi Indonesia yg cukup luas dan mengarah ke segmentasi pasar," kata Heru melalui pesan singkat di Jakarta, Sabtu. Menurut analisis Goldman and Sach dan Morgen Stanley, tarif telepon seluler di Indonesia cukup mahal di Asia Pasifik. "Sehingga, penurunan tarif diharapkan menjadi pendorong tarif yg lebih terjangkau bagi publik," kata Heru. Selain itu, penurunan tarif telepon diharapkan tidak menjadi faktor penambah inflasi di tengah kekhawatiran resesi global. Heru menambahkan, penurunan tarif interkoneksi yang akan diumumkan pemerintah Senin pekan depan (4/2), terutama penurunan tarif interkoneksi seluler diharapkan tercermin dalam tarif retail kepada masyarakat. Heru memprediksikan, penurunan tarif ritel oleh operator akibat penurunan tarif interkoneksi akan lebih besar dibandingkan dari keputusan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) kepada Telkomsel untuk menurunkan tarif selulernya sebesar 15 persen. Sebelumnya, Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) menunda pengumuman skema tarif interkoneksi telekomunikasi yang seharusnya diumumkan pada Jumat (1/1) menjadi Senin (4/1). "Pengumuman ditunda sampai Senin jam 10.00 karena Pak Nuh (Menkominfo) yang akan mengumumkan tarif itu, saat ini bersama Pak Presiden," kata juru bicara Ditjen Pos dan Telekomunikasi (Postel) Depkominfo, Gatot Dewobroto. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008