Depok (ANTARA News) - Pidato acara Dies Natalis Universitas Indonesia (UI) ke-58 yang dilakukan secara bersamaan dengan upacara Wisuda Program Profesi, Spesialis, Magister dan Doktor di Depok, Sabtu siang terkesan menjadi ajang promosi sebuah perusahaan dan produk-produknya, sehingga kurang ilmiah. Pidato Dies Natalis saat itu disampaikan oleh Chairman PT Unilever Indonesia, Maurits DR Lalisang, dengan judul "Unilever Indonesia, A Local Multinasional Company. A Sharing Session on How Unilever Indonesia Develop Its People and CSR Program To Sustain The Business". Maurits DR Lalisang merupakan alumni UI. Ia masuk Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial UI pada tahun 1973 dan lulus pada tahun 1978 sebagai sarjana Ilmu Administrasi Niaga. Dalam pidato tersebut Maurits DR Lalisang menceritakan latar belakang tentang PT Unilever Indonesia dan strategi-strategi tentang kesuksesan perusahaan itu dalam mengembangkan usahanya yang dapat berperan aktif dalam bidang ekonomi Indonesia dan membantu mengerakkan sektor riil. Bahkan pada pidato tersebut juga ditampilkan dalam bentuk visual tentang suatu produk makanan ringan modern dari Unilever, seperti layaknya sebuah iklan di televisi. Menanggapi hal tersebut Rektor UI, Prof Dr Gumilar Rusliwa Somantri mengatakan, pidato Dies Natalis tersebut yang diisi dari luar lingkungan kampus UI untuk memberikan pencerahan, bagaimana perjuangan seorang yang sukses hingga bisa mencapai posisi puncak dalam suatu perusahaan ataupun organisasi. Menurut dia di luar negeri pidato tersebut juga diisi oleh orang-orang sukses seperti Bill Gate, Al-Gore dan lainnya. Ia juga mengatakan tidak menutup kemungkinan kedepannya pidato Dien Natalis akan diiisi oleh orang-orang sukses lainnya seperti menteri, tokoh masyarakat, ataupun politisi. Mengenai adanya tayangan visualisasi suatu produk, Gumilar mengatakan itu merupakan upaya melengkapi bahan paparan saja. Namun ia mengatakan, jika memang ada terkesan menjadi ajang promosi suatu produk, maka kedepannya pidato Dien Natalis akan ada perbaikan-perbaikan. "Kedepan untuk problem-problem teknis akan diperbaiki," katanya. 49 doktor UI melakukan acara wisuda terhadap 49 doktor dan berbagai fakultas. Selain itu juga diwisuda program profesi sebanyak 301 orang, program spesialisasi 129 orang, dan program magister 1.110 orang dengan jumlah keseluruhan adalah 1.589 orang. "Ketabahan dan kesabaran saudara dalam menempuh pendidikan selama beberapa tahun di UI membuahkan hasil yang membanggakan dengan diperolehnya gelar akademik yang merupakan salah satu puncak pencapaian akademik di perguruan tinggi," kata Gumilar dalam sambutannya. Ia mengharapkan para wisudawan mampu mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dalam bidang saudara masing-masing dengan penuh tanggungjawab untuk kepentingan masyarakat luas. Salah seorang yang diwisuda pada program doktor adalah Direktur SDM dan Umum Perum LKBN Antara, Rajab Ritonga. Ia meraih gelar doktor ilmu komunikasi dari FISIP Universitas Indonesia dan menjadi satu-satunya ahli masalah kantor-berita di negeri ini. Rajab Ritonga, yang lahir di Sipirok, Tapanuli Selatan, pada 30 Desember 1958, itu menulis disertasi berjudul "Reposisi Ekonomi Politik Kantor Berita di Era Konvergensi Media (Studi Komodifikasi Informasi di Newsroom Kantor Berita Nasional dan Kantor Berita Internasional". Ahli masalah kantor berita tergolong langka bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Sampai saat ini, pakar komunikasi yang mendalami kantor berita bisa dihitung dengan jari. Yang terkenal di dunia adalah Prof Oliver Boyd-Barrett dari Bowling State University, Amerika Serikat. "Saya beruntung bisa bertemu dan berdiskusi dengan Prof Boyd-Barret sehingga memperkaya disertasi saya," kata Rajab yang juga Lektor pada Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta. Menurut Rajab, penulisan disertasinya bertujuan untuk mengetahui proses komodifikasi informasi di newsroom kantor berita sebagai suatu bentuk reposisi ekonomi politik kantor berita di era konvergensi saat ini. Reposisi ekonomi politik, katanya, menjadi keharusan karena kondisi kantor berita nasional saat ini berada di ambang kebangkrutan sebagai efek dari maraknya penggunaan internet, sementara dari sisi pemberitaan kantor berita nasional juga tidak berdaya mengimbangi dominasi kantor berita internasional. Kesimpulan penelitian Rajab menyatakan bahwa kantor berita nasional harus melakukan reposisi agar mampu menghasilkan suatu informasi yang bersifat langka (scarcity).(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008