Makassar (ANTARA News) - Menyusul Jakarta dan Pasuruan Jatim, kini banjir melanda Makassar setelah hujan deras mengguyur ibukota provinsi Sulawesi Selatan tersebut sejak Minggu dini hari. Warga sejumlah pemukiman pun mengemasi barang-barang mereka dan membawanya ke tempat yang lebih aman, sementara beberapa ruas jalan protokol juga tergenang air setinggi lutut orang dewasa. Air bah telah menggenangi pemukiman diantaranya kompleks perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP), kawasan Perumnas Toddopuli, Tamalate, Tidung, Permata Hijau, Minasa Upa, Hartaco, Perumahan Antara, Perumahan lestari, dan Panakukan Mas. Bahkan di kawasan pemukiman kumuh di wilayah kecamatan Mariso dan Tallo banjir telah membawa serta limbah dan sampah memasuki rumah-rumah penduduk di sekitar muara kanal. Genangan air di sejumlah pemukiman penduduk kali ini, lebih parah dibanding pada musim hujan pada periode November-Desember 2007, kata Ketua RW 07 Kelurahan Kassi-Kasi, Latief, yang tengah memantau kondisi banjir di wilayahnya. Walikota Makassar Ilham Arief Siradjuddin bersama sejumlah staf melakukan peninjauan ke kawasan pemukiman yang dilanda banjir. Ia mengingatkan warga agar tetap mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir yang lebih parah, menyusul curah hujan pada awal Februari 2008 masih cukup tinggi. Sementara itu, staf Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) wilayah IV Makassar Hanafi Hamzah mengatakan, bahwa curah hujan di Makassar dan sekitarnya di awal bulan Februari 2008 atau menjelang Hari Raya Imlek diperkirakan cukup tinggi. Ia mengingatkan masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai agar mewaspadai terjadinya banjir, menyusul tingginya curah hujan pada akhir pekan, minggu kedua Februari atau menjelang perayaan Imlek tahun ini. Beberapa ruas jalan utama di Makassar yang tergenang air saat ini antara lain, jalan AP Pettarani, Nusantara, Sulawesi, Perintis Kemerdekaan, Minginsidi, Sungai Saddang, Sultan Hasanuddin, Kajaolaliddo, Mesjid Raya dan jalan Gunung Bawakaraeng dan ujung selatan jalan tol Reformasi yang sedang dalam pembangunan.(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008