Ambon (ANTARA News) - Warga Kota Masohi, Ibukota Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), masih takut keluar rumah pasca bentrokan antara personil Batalyon Infanteri (Yonif) 731/Kabaressy dengan Polres Malteng, sejak Sabtu subuh. ANTARA News melaporkan dari Ambon, Minggu, bahwa kendati suasana dan kondisi keamanan di Masohi sudah kondusif, masyarakat masih takut untuk beraktivitas jauh dari rumahnya. "Kami belum berani beraktivitas jauh dari rumah karena khawatir suasana dapat berubah tiba-tiba, apalagi ruas-ruas jalan tertentu masih dikuasai personil TNI dan polisi yang berjaga-jaga dengan persenjataan lengkap," ujar sejumlah warga . Mereka juga mengaku trauma karena bentrokan antara dua kesatuan itu berlangsung hampir delapan jam, diwarnai rentetan tembakan serta ledakan granat dan mortir. Beberapa warga juga mengaku, Sabtu siang, mereka sempat mendapat perlakuan tidak wajar dari oknum-oknum personil Yonif 731/Kabaressy yang bertindak merampas dan merusak handphone milik mereka saat berjalan di jalan, tanpa alasan yang jelas. Warga meminta Pangdam XVI/Pattimura, Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary, untuk mengambil tindakan tegas tanpa pandang bulu terhadap oknum-oknum Yonif 731/Kabaressy yang terlibat bentrokan itu maupun melakukan tindakan semena-mena terhadap warga. Kapolda Maluku, Brigjen Pol M. Guntur Ariyadi, juga harus mengambil tindakan tegas terhadap personilnya yang terlibat bentrokan yang mengakibatkan dua anggota Polres Malteng tewas, yakni Bripka Michael Wattimena (36) anggota Satuan Intel Polres Maluku Tengah dan Bripda Musri Siomlibona. Seorang personil Yonif 731/Kabaressy juga meninggal, yakni Prada Remon Tude. Situasi dan kondisi keamanan di Masohi dilaporkan telah terkendali setelah Pangdam Qurnuen dan Kapolda Ariyadi serta Gubernur Maluku Karel albert Ralahalu turun langsung mengamankan situasi, sekaligus melakukan pertemuan secara terpisah dengan personil Yonif 731/Kabaressy dan Polres Maluku Tengah. Insiden penyerangan ke markas Polres Malteng ini dipicu kesalahpahaman antara seorang anggota Polres Malteng Bripka M. Rumata dan anggota TNI dari Yonif 731 bernama Eko karena masalah asmara mereka dengan dua orang perempuan kakak-beradik. Namun kemudian berkembang isu bahwa Eko menghilang dan diculik, sehingga menyulut kemarahan personil Yonif 731/Kabaressy yang akhirnya melakukan penyerangan ke Markas Polres Malteng, Sabtu dunihari. Aksi penyerangan itu mengakibatkan rumah dinas Kapolres Malteng AKBP Jacub Parjogo terbakar, 40 rumah pada asrama Polres Malteng serta ruang Reskrim Polres Malteng rusak dan hancur.(*)

Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008