Denpasar (ANTARA) - Musisi asal Australia, Richard Kaal (57), tengah mempersiapkan sebuah kolaborasi antara musik tradisional Bali yang tergolong langka dengan musik aliran modern, untuk dipentaskan di negara Kanguru. Richard mempersiapkan kolaborasi itu di desa budaya Kertalangu, Tohpati pinggiran Denpasar. "Pementasan dikemas sedemikian rupa dengan kolaborasi musik tradisional Bali dengan musik modern, sebagai persiapan untuk pentas ke Australia April mendatang," kata Ketua Yayasan Seni Suara Dana Pelestarian Gong Tradisional Bali I Ketut Suardana di Denpasar Minggu. Ditemui di sela-sela persiapan dan ujicoba, ia mengatakan Richard Kaal yang lebih dari 35 tahun menggeluti musik barat, dalam beberapa tahun belakangan mengaku sangat tertarik dengan musik tradisional Bali. Tiga jenis gamelan tradisional Bali dan keberadaannya semakin langka antara lain gambang, slonding dan saron itu dalam pementasan untuk menyukseskan Tahun Kunjungan wisata (VIY) 2008 di Kota Denpasar akan berkolaborasi dengan musik modern. "Pementasan yang akan dilakukan Minggu malam (10/2) dihadapan komponen pariwisata, pejabat dan masyarakat itu sekaligus untuk kegiatan amal, yakni mengumpulkan dana untuk melestarikan aneka jenis gong klasik," kata Suardana. Pementasan kolaborasi yang melibatkan 14 seniman, termasuk Richard Kaal sekaligus uji coba menjelang keberangkatan ke Australia untuk mengikuti Festival musik yang bertajuk "Wintermoon" April mendatang. Keberangkatan untuk mengikuti festival musik internasional tersebut merupakan yang kedua setelah kegiatan serupa tahun lalu, di mana tim kesenian Bali mendapat sambutan cukup meriah dari masyarakat Australia. Yayasan Suardana yang dirintis sejak tahun 2005 atau tiga tahun yang silam merupakan salah satu bentuk kepedulian terhadap aset budaya yang harus dapat dilestarikan guna bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Yayasan telah melakukan berbagai upaya dalam melestarikan warisan seni budaya yang tidak ternilai harganya, namun terbentur pada bidang pendanaan. Melalui kegiatan amal diharapkan mampu mengumpulkan dana dari mereka-mereka yang peduli terhadap keberdaan aneka jenis gong klasik, ujar Suardana.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008