Dalam demokrasi harus ada kedewasaan berpikir, tidak bisa memaksakan kehendak, apalagi sampai mendendam
Provinsi Sumbar (ANTARA) - Pengamat Politik dari Universitas Andalas, Syaiful Wahab mengajak dan meminta masyarakat kini agar harus lebih selektif lagi menerima atau mengonsumsi berbagai informasi dan pesan dari media pascaputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang perselisihan hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

"Jadilah bangsa yang bijaksana dan beradab dalam mengonsumsi info media yang menyesatkan dan memecah belah bangsa," kata Syaiful saat dihubungi dari Pekanbaru, Selasa.

Pendapat demikian disampaikannya terkait terjadinya polarisasi kehidupan bangsa dan negara pascakeputusan MK tersebut karena pengaruh media massa dan media sosial.

Menurut dia, sejak keputusan MK dikeluarkan pada 27 Juni 2019, memang masih melihat di media massa dan media sosial, memuat tentang pernyataan dan komentar publik terhadap hasil keputusan MK tersebut.

Baca juga: Ulama ajak masyarakat bersatu pascakeputusan MK

Kemungkinan besar, katanya menyebutkan, masyarakat yang masih kecewa dengan keputusan itu tidak mengikuti dengan baik seluruh proses persidangan, khususnya argumentasi logis dan rasional yang dapat menggugurkan tuduhan-tuduhan kecurangan itu.

"Mereka mungkin hanya menunggu hasil akhir keputusan MK saja tanpa memahami argumentasi dan sanggahan yang sangat masuk akal," katanya.

Dan memang, katanya lagi, harus diakui perdebatan selama proses persidangan itu sangat "berat" untuk dipahami oleh masyarakat awam karena menggunakan dalil-dalil hukum yang ilmiah sehingga kalau tidak dicerna dengan baik akan sulit dimengerti.

Baca juga: Kembali bersatu untuk merealisasikan harapan rakyat

Akan tetapi, katanya, Hakim MK itu merupakan orang-orang yang memiliki latar belakang, dedikasi dan reputasi yang sangat baik dalam bidang hukum.

"Maka sudah seharusnya kita mempercayakan kepada mereka bahwa mereka mampu membuat keputusan yang baik, benar dan adil. Jika kita tidak mempercayai mereka, lantas lembaga hukum tertinggi apa lagi yang bisa kita percaya? Tidaklah mungkin 9 orang hakim bisa membuat keputusan yang sama, jika di antara mereka saling berbeda pandangan," katanya.

Selain itu, Syaiful meyakini bahwa masing-masing hakim tersebut sudah mengkajinya dengan baik persoalan-persoalan yang disengketakan dan dalil yang digunakan untuk memutuskan perkara.

Jika masyarakat merasa bahwa pendidikan sudah membaik, maka seharusnya semakin dewasa dalam melihat persoalan. Jika merasa bahwa bangsa ini sudah demokratis, maka sudah seharusnya juga harus paham bagaimana hidup berbangsa dan bernegara.

Baca juga: Rektor Unsyiah ajak masyarakat bersama-sama bangun bangsa

"Dalam demokrasi harus ada kedewasaan berpikir, tidak bisa memaksakan kehendak, apalagi sampai mendendam," katanya.

Syaiful meyakinkan bahwa pernyataan dan status dendam ini yang masih muncul di ruang publik dan ini sangat memprihatinkan, padahal kalau dendam ini tetap dipelihara maka akan menjadi penyakit dan itu tidak sehat untuk demokrasi.

"Oleh Karena itu lebih baik tinggalkan dendam, kita kubur dalam-dalam rasa benci dan dendam karena tidak sehat buat diri sendiri maupun untuk kehidupan berbangsa. Manusia tidak ada yang sempurna, mari kita songsong masa depan. Presiden terpilih kita saat ini juga bukan mahluk sempurna, jika ada kekurangan, maka kita perbaiki bersama persoalan bangsa ini," katanya.

 

Pewarta: Frislidia
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019