Medan (ANTARA News) - Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumut dan NAD menyatakan dalam kurun waktu 20 tahun mendatang Pulau Sumatera miliki potensi gempa besar berkekuatan di atas 8 pada skala Richter (SR). "Potensi gempa besar itu terjadi di perairan pantai barat Sumatera, karena daerah itu merupakan jalur patahan Lempengan Eurasia yang mengalami peremukan," kata Koordinator Dewan Pakar IAGI Sumut dan NAD, Jonathan I Tarigan, kepada ANTARA di Medan, Rabu. Dijelaskannya, gempa 8,9 SR yang disertai tsunami pada 26 Desember 2004 lalu juga telah menambah daftar patahan pada Lempengan Eurasia di Sumatera yang terbentang mulai dari Aceh melintasi Nias, Mentawai dan Pulau Enggano, Bengkulu terus ke Pulau Jawa. "Sedikitnya terdapat 19 ruas patahan di Sumatera dan dua di antaranya terdapat di Bengkulu yang mengakibatkan masyarakat Muko-muko dan sekitarnya merasakan guncangan gempa akibat patahan itu dalam beberapa tahun terakhir," ujarnya. Patahan yang terjadi akibat tabrakan antar kedua Lempengan Eurasia dan Indo-Australia itu telah mengakibatkan rentetan gempa yang dirasakan masyarakat Aceh, Nias, Sumbar dan Bengkulu itu dalam beberapa tahun terakhir. "Gempa yang terjadi itu merupakan suatu peristiwa relaksasi lempengan bumi yang remuk, sehingga mencari suatu keseimbangan baru," katanya. Selain itu, tuturnya, peristiwa gempa yang terjadi merupakan siklus ulangan 100 tahunan dari peristiwa gempa sebelumnya yang pernah terjadi karena pergeseran lempengan bumi. Data empiris menyebutkan, pada 1833 pernah terjadi satu gempa besar berkekuatan 8,5 SR di jalur Mentawai yang mengakibatkan tsunami yang diakibatkan patahan Lempengan Eurasia. "Kita mengkhawatirkan gempa besar akan terjadi di Mentawai, karena setelah 1833 belum pernah terjadi gempa besar di jalur Patahan Mentawai. Rentetan gempa dengan intensitas 5,1 hingga 7,2 SR yang terjadi dalam beberapa hari terakhir menimbulkan pengaruh bagi patahan itu," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008