Jakarta (ANTARA News) - Perbedaan pendapat di antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) soal terkontaminasinya susu formula untuk bayi oleh bakteri enterobacter sakazakii seharusnya jangan sampai meruncing. Deputi bidang Agroindustri dan Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Prof Dr Wahono Sumaryono, yang dihubungi di Jakarta, Minggu, mengatakan bahwa kedua lembaga tersebut perlu segera berkoordinasi dengan dilandasi semangat membantu masyarakat, bukan semangat bersaing atau saling tuduh. Menurut Wahono yang juga akademisi perguruan tinggi itu, di satu pihak BPOM merupakan pengawas obat dan makanan yang resmi, namun di sisi lain peneliti juga berhak melakukan penelitian. "Kalau memang IPB menemukan adanya kontaminasi pada susu, coba saja pemerintah, BPOM menelusuri kebenarannya. Konfirmasi awalnya melakukan penelitian, mengapa memilih tema tersebut, apa ada dorongan dari konsumen, lalu bagaimana hasilnya, mungkin saja benar," katanya. Kalangan peneliti dari lembaga riset ataupun dari lingkungan kampus, menurut dia, biasa melakukan penelitian, tapi masih tergantung sampelnya diambil dimana, metodenya bagaimana, dan sejauh mana hasilnya representatif. Sementara itu, Kepala BPOM, Husniah R. Thamrin Akib, mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan "total sampling" terhadap semua merek susu yang beredar di pasaran dan meminta waktu dua pekan kepada masyarakat menunggu hasilnya. Sebelumnya, IPB mengungkapkan, 22,73 persen susu formula dari 22 sampel dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan antara April-Juni 2006 terkontaminasi bakteri. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008