Brisbane (ANTARA News) - Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta telah memaafkan Alfredo Reinado dan meminta pemerintah mendukung keluarga pemimpin kelompok gerilyawan yang tewas dalam upaya pembunuhan terhadap dirinya di Dili 11 Februari lalu itu. Pemberian maaf Presiden Ramos Horta kepada Alfredo Reinado itu diungkapkan Presiden Sementara Timor Leste, Fernando "Lasama" de Araujo setelah menjenguk Horta di Rumah Sakit Royal Darwin, demikian ABC melaporkan Senin pagi. Selain memaafkan, Presiden Ramos Horta juga meminta pemerintah Timor Leste untuk mendukung keluarga Alfredo Reinado, katanya. Fernando juga mengatakan, pemulihan kesehatan Presiden Ramos Horta berjalan dengan sangat baik. Pernyataan Fernando tentang pemberian maaf Presiden Ramos Horta kepada Alfredo Reinado itu muncul sehari setelah media internasional memberitakan tentang penyerahan diri Amaro da Silva Susar, tersangka kedua yang paling dicari terkait dengan insiden serangan 11 Februari terhadap Horta oleh kelompok pemberontak itu. Amaro dilaporkan menyerahkan diri di Distrik Aileu, tenggara Dili Sabtu malam, kata Juru bicara operasi gabungan militer dan polisi Timor Leste, Filomento de Jesus. "Saya menyerah karena ingin negara saya maju di masa depan, agar rakyatnya dapat hidup dengan tenang," katanya. Serangan kelompok gerilyawan tentara yang membelot pimpinan Alfredo Reinado pada 11 Februari lalu itu tidak hanya dilakukan kepada Presiden Ramos Horta tetapi juga kepada Perdana Menteri Xanana Gusmao. PM Xanana Gusmao selamat tanpa cidera apa pun sedangkan Presiden Ramos Horta selamat dengan dua luka tembak. Ia pun terpaksa dievakuasi dari Dili ke Rumah Sakit Royal Darwin untuk menjalani perawatan intensif sejak 11 Februari malam. Perhatian Australia PM Australia, Kevin Rudd, memberikan perhatian besar pada insiden serangan terhadap kedua pemimpin Timor Leste itu ditandai dengan kunjungan singkatnya ke ibukota negara itu pada 15 Februari lalu. PM Rudd bahkan juga menyempatkan diri menjenguk Presiden Ramos Horta di Rumah Sakit Royal Darwin, Northern Territory. Saat ditengok Presiden Horta masih dalam kondisi "koma". Ia menyebut Presiden Ramos Horta sebagai "seorang pejuang" dan ia berjanji kembali menengok kepala negara Timor Leste itu jika kondisi kesehatannya telah mulai membaik. Dalam kunjungan singkatnya di Timor Leste 15 Februari lalu itu, PM Rudd tidak hanya bertemu PM Xanana Gusmao tetapi juga pemimpin Partai Fretilin Mari Alkatiri. Dalam pertemuan dengan PM Xanana Gusmao, PM Rudd mendiskusikan masalah kerja sama kedua negara di bidang ekonomi, seperti pembangunan infrastruktur, penyediaan lapangan pekerjaan bagi para pemuda serta pembangunan perdesaan. Ia mengakui pentingnya penyediaan lapangan kerja bagi para pemuda Timor Leste selain dukungan di bidang keamanan. Dukungan Australia pada Timor Leste akan tetap ada baik di masa baik maupun sulit karena negara itu adalah sahabat baik Australia, kata PM Rudd. Kunjungan singkat PM Rudd pada 15 Februari itu terjadi sehari setelah jasad Alfredo Reinado dimakamkan di Dili. Kunjungan tersebut adalah kunjungan kedua Rudd sejak ia menduduki kursi perdana menteri Australia. Untuk membantu pemulihan keamanan dan ketertiban di Timor Leste, Australia juga telah mengirimkan sedikitnya 270 tentara dan polisi tambahan ke negara itu. Berkaitan dengan krisis Timor Leste, Surat kabar "The Australian" melaporkan, sebelum tewas dalam insiden serangan 11 Februari lalu, Alfredo Rainado sempat mengungkapkan pandangannnya tentang PM Xanana Gusmao dalam kaset DVD yang kini banyak beredar di masyarakat negara itu. Alfredo Reinado menuding PM Xanana Gusmao sebagai "seorang pembohong" dan arsitek krisis di Timor Leste tahun 2006. Namun tewasnya Alfredo diyakini Pengamat masalah Timor Leste di Universitas Nasional Australia (ANU), George Quinn, memberi harapan baik bagi terbangunnya stabilitas keamanan di sana dalam jangka panjang. "Tewasnya Alfredo Rainado akan menghilangkan gangguan keamanan bagi Timor Leste dan diharapkan akan ada kemajuan yang lebih baik dalam jangka panjang. Kita menyambut baik tewasnya Alfredo," katanya. Ketua Pusat Asia Tenggara Fakultas Studi-Studi Asia ANU itu mengatakan, selama ini Alfredo didukung oleh kelompok warga Timor Leste yang menganggur dan tidak mendapat perhatian dari pemerintahan yang lama dan pemerintahan yang kini berkuasa. "Dengan tewasnya Alfredo, posisi golongan ketiga ini menjadi lebih lemah," kata akademisi yang sudah tiga kali mengunjungi Timor Leste sepanjang 2006 dan 2007 itu. Insiden serangan 11 Februari dini hari lalu semakin memperpanjang peristiwa berdarah yang mendera negara kecil tetangga Indonesia dan Australia itu sejak 2006 lalu. Pertikaian berdarah itu setidaknya telah menewaskan 37 orang dan mengakibatkan 155 ribu warga meninggalkan rumah-rumah mereka. Pemerintah Timor Leste pun meminta bantuan tentara asing untuk memulihkan stabilitas.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008