Bogor (ANTARA News) - Produk susu formula yang beredar di masyarakat aman dikonsumsi karena sudah sesuai standar nasional maupun internasional, kata pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Indah Suksmaningsih. "Pemerintah tidak perlu paranoid. Perlu didorong untuk mengatakan bahwa produk-produk itu aman," katanya dalam diskusi mengenai temuan bakteri "Enterobacter sakazakii" dalam susu formula di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) di Darmaga, Bogor, Selasa. Masyarakat juga tidak perlu resah dan kemudian menuntut diumumkannya merk susu yang oleh tim IPB dinyatakan terkontaminasi bakteri tersebut. "Untuk apa tahu merk. Pemerintah harus memberikan jaminan bahwa produk-produk tersebut aman dikonsumsi," katanya. Ia mengemukakan, pernyataan tersebut juga didasari fakta bahwa selama 50 tahun hanya 68 kasus akibat "E sakazakii" yang ditemukan di dunia. Sekarang ini, lanjut dia, bukan waktunya untuk saling tuduh soal siapa yang paling benar dalam kasus ini. Penilaian mengenai valid tidaknya penelitian tersebut juga tidak seharusnya terjadi. "Kalau perlu sekarang juga katakan bahwa produk susu yang sekarang beredar memenuhi syarat," katanya. Indah Sukmaningsih mengakui, tidak ada risiko nol (zero risk) dalam produk pangan. Oleh karena itu, masyarakat harus ekstra hati-hati dalam mengkonsumsi susu formula dengan mengikuti petunjuk dalam kemasan. Sementara itu, Ketua Tim peneliti dari IPB, Dr drh Sri Estuningsih, mengatakan, bakteri "E sakazakii" yang ditemukan dalam susu formula dan makanan bayi belum tentu menghasilkan racun (enterotoksin) yang menyebabkan penyakit. "Bakteri dalam susu formula dalam kondisi `sub-lethal`, ibaratnya untuk bertahan hidup saja susah," katanya. Namun, ia mengemukakan, karena untuk keperluan penelitian yang membutuhkan kondisi ekstrim, bakteri yang diambil dari sampel susu formula tersebut ditanamkan pada media tertentu yang sangat cocok untuk menghasilkan "enterotoksin" tersebut. "Bakteri E sakazakii", memiliki kemampuan bertahan pada produk kering namun sangat rentan terhadap panas. Bakteri akan tereliminasi pada suhu 72 derajat celsius selama 15 detik. Jeda antara penyiapan dan penyajian dianjurkan tidak lebih dari empat jam dengan botol atau gelas yang sudah disterilkan. "Kerusakan zat gizi dengan pemanasan pada suhu 70 derajat celsius dilaporkan tidak signifikan," kata Estu. IPB melakukan penelitian pada sampel produk susu dan makanan bayi pada tahun 2003, 2004 dan 2006. Penelitian pada 2003 dan 2004 lebih ditekankan pada pengembangan metoda identifikasi dan isolasi, sedangkan penelitian pada 2006 diarahkan untuk mengetahui faktor virulensi bakteri. Penelitian tersebut masih merupakan tahap awal dari rangkaian penelitian untuk memperoleh informasi lengkap tentang virulensi dan resiko yang ditimbulkan pada kesehatan konsumen, sehingga dapat diketahu cara pencegahannya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008