Lahore (ANTARA News) - Paling tidak lima orang tewas, Selasa dalam satu serangan bom truk bunuh diri di sebuah perguruan tinggi angkatan laut Pakistan di kota Lahore, kata para pejabat. Ada beberapa ledakan lain terdengar sekitar lokasi itu, tetapi tidak segera jelas apakah itu adalah ledakan-ledakan terpisah atau ada kaitannya dengan ledakan sebelumnya. "Saya melihat mayat yang gosong," kata seorang jurufoto Reuters di lokasi itu. "Satu gumpalan asap hitam membumbung dari lokasi itu saat saya tiba di sana." Pakistan dilanda aksi serangan bom yang dilakukan kelompok garis keras yang punya hubungan dengan Al Qaeda dan Taliban. Lebih dari 500 orang tewas dalam aksi kekerasan seperti itu sejak awal tahun ini. Menangani aksi kekerasan seperti akan menjadi ujian berat bagi pemerintah mendatang menyusul pemilu dua pekan lalu yang tampaknya tidak ada pemenang yang jelas muncul, yang memicu perundingan koalisi antara berbagai partai sebagian besar penentang Presiden Pervez Musharraf. Seorang jurubicara angkatan laut mengemukakan kepada Reuters bahwa seorang pembom bunuh diri, mungkin dua dari mereka, mengemudikan sebuah truk ke pintu masuk Perguruan Tinggi Angkatan Laut Pakistan di kota bersejarah Lahore, sekitar 290km tenggara ibukota Islamabad. Ia mengatakan para pembom itu dan seorang staf angkatan laut tewas, tetapi polisi menyebutkan lima orang tewas. Gambar-gambar televisi menunjukkan sebuah truk yang hancur dekat pintu-pintu gerbang perguruan itu. Kendaraan-kendaraan pertolongan terlihat keluar masuk dari kompleks itu. Ledakan tiu di terjadi bersamaan dengan kunjungan Ketua Gabungan Kepala Staf AS Laksamana Mike Mullen ke Islamabad, di mana ia melakukan perundingan dengan para pemimpin militer Pakistan dan Presiden Pervez Musharraf. Kunjungan Mullen itu bertujuan untuk memperkuat hubungan militer dengan militer dengan Pakistan, kata juru bicara kedubes AS Elizabeth Colton. Mullen terakhir mengunjungi Pakistan sebulan lalu, sebelum pemilu di mana sekutu-sekutu Musharraf kalah. AS telah berusaha memperkuat hubungan dengan militer Pakistan untuk mengamankan kepentingan-kepentingannya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008