Jakarta (ANTARA News) - Jenazah Letkol Laut (T) Sondang Doddy Irawan, perwira TNI Angkatan Laut, yang meninggal dunia pada kecelakaan helikopter Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Nepal, akan diserahkan oleh pihak PBB ke TNI di Nepal, Jumat (7/3). "Mudah-mudahan bisa langsung dipulangkan ke Indonesia," kata Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AL Laksamana Pertama Iskandar Sitompul di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, TNI diwakili oleh Kepala Pusat Misi Pemelihara Perdamaian Mabes TNI Brigjen Zahari Siregar yang pada Rabu (5/3) ini telah berangkat ke Nepal untuk upacara penerimaan jenazah oleh PBB. Pada Senin (3/3) sekitar pukul 16.00 waktu setempat sebuah helikopter Rusia milik PBB yang mengangkut 12 personel pasukan pemelihara perdamaian PBB di Nepal (UNMIN), jatuh dan terbakar di perkampungan penduduk di Ramechab, sekitar 80 kilometer timur Kathmandu, Nepal. Pada kecelakaan yang diduga akibat cuaca buruk itu, sepuluh orang meninggal dunia, yakni tiga orang kru helikopter dan tujuh orang staf PBB termasuk perwira menengah TNI Angkatan Laut Letkol Laut (T) Sondang Doddy Irawan. Lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) 1988 itu tergabung dalam Tugas Militer Observers (Milobs) Misi PBB di Nepal bersama lima anggota TNI lainnya, sejak Januari 2008. Dalam misi itu, TNI mengirimkan lima perwira terdiri atas dua perwira dari TNI Angkatan Darat, dua perwira dari TNI Angkatan Laut dan dua perwira dari TNI Angkatan Udara. Sebelum bergabung dalam misi perdamaian PBB di Nepal, pria kelahiran Kediri, Jawa Timur itu, pernah mengikuti misi serupa di Kongo pada 2002. Almarhum meninggalkan satu orang istri yakni Purwanti dan dua orang putra yakni S. Eko Irawanto dan S Dwi Sari Meirawanti. PBB selama ini membantu untuk memantau kesepakatan perdamaian yang dicapai para mantan pemberontak Maois dengan pemerintah pada November 2006. Badan dunia tersebut tetap mengawasi para mantan gerilyawan itu dan turut membantu dalam pemungutan suara yang direncanakan berlangsung pada bulan April untuk memilih lembaga yang akan menentukan hari depan politik negara tersebut. Kondisi geografi Nepal bergunung-gunung dan infrastruktur jalan kurang tersedia sehingga helikopter biasa digunakan untuk transportasi pejabat pemerintah maupun para pekerja untuk pembangunan. Pada akhir 2006, 24 orang--termasuk pejabat tinggi pemerintah dan diplomat senior--tewas dalam kecelakaan helikopter akibat cuaca buruk di timur Nepal. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008