Pekanbaru (ANTARA News) - Yafni Eka Putri (11) seorang korban perdagangan manusia (trafficking) di Tembilahan, Indragiri Hilir, Riau mengakui" melayani" oknum yang disebut-sebut merupakan anggota Dewan yang datang ke kafe tempat ia dijual di wilayah Simpang Karet, Sorek, Kabupaten Pelalawan. "Salah satu tamu yang datang ke kafe adalah US (inisial, red) ia mengaku kerja di kantor DPRD, ia datang bersama rekannya, Nasir," kata Eka, didampingi kedua orang tuanya yakni Suardi (38) dan Iyem (46) kepada ANTARA News di kediaman korban di Jalan Tanjung Harapan, Tembilahan, Minggu. Eka menceritakan sebagai pelayan kafe ia bertugas untuk melayani tamu dengan menyuguhkan minuman yang dipesan oleh tamu dan menemani mereka "ngobrol" seraya minum bersama. "Saat menemani US dan Nasir saya diberikan minuman bersoda, setelah minum itu tiba-tiba saya pingsan, tidak ingat apa-apa lagi dan baru bangun besok paginya," kata Eka. Ia menambahkan, saat terbangun pada pagi hari, rekan kerja yang usianya hampir sebaya dengannya, Erni memberi informasi bahwa dirinya melihat US membopong Eka ke kamar saat pingsan. "Saat kamu pingsan saya melihat US menggendong kamu ke kamar dan tidur di dekat kamu," kata Eka menirukan cerita Erni. Namun demikian, Erni mengaku tidak tahu apa yang terjadi di dalam kamar antara US dengan Eka dalam kurun waktu relatif lama tersebut. Eka sendiri mengaku tidak ingat apa yang dilakukan oleh US pada dirinya pada malam itu karena dalam kondisi pingsan. Namun demikian, Eka mengaku tidak merasakan sakit apa pun di sekujur tubuhnya ketika bangun pagi hari. Meskipun setelah ditemukan Eka sempat menjalani visum di Rumah Sakit Puri Husada Tembilahan namun hingga saat ini kedua orang tuanya belum mengetahui hasilnya karena masih di tangan polisi. Ketika disodorkan foto US ke Eka guna konfirmasi, Ia membenarkan bahwa orang dalam foto tersebut adalah tamu yang dijumpainya di kafe. Ketika wartawan mencoba mengkonfirmasi pengakuan Eka ke Kapolres Inhil, AKBP Drs Marudut Hutabarat, ia mengatakan, pihaknya tidak dapat memberikan komentar dan keterangan karena harus melakukan pemeriksaan dan mengumpulkan bukti-bukti terlebih dahulu. "Kami belum dapat memberikan keterangan, namun apabila memang benar adanya keterlibatan siapa pun dalam kasus ini pasti akan diproses, dengan catatan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan terbukti benar karena kita tidak dapat hanya mengandalkan pengakuan korban tanpa ditunjang bukti lainnya," kata Kapolres. Ia juga menambahkan, pihaknya masih menggali berbagai informasi seraya berkoordinasi dengan Polres Pelalawan, sebab TKP nya berada di sana. Sebelumnya, Eka yang merupakan siswa kelas V SD 019, Tembilahan Indragiri Hilir (Inhil), Riau menghilang sejak Senin (18/2) hingga akhirnya ditemukan oleh jajaran Polres Inhil di sebuah kafe di wilayah Simpang Karet, Sorek, Kabupaten Pelalawan, Senin (25/2). Kasat Reskrim Inhil Ajun Komisaris Polisi Hotasi Purba saat dihubungi mengatakan pelaku pertama yang ditangkap adalah Yam (40) warga Inhil yang sehari-harinya berprofesi sebagai tukang ojek yang berpangkalan di Pasar Rakyat Tembilahan dan merupakan perantara. "Yam mengaku menerima uang panjar Rp300 ribu dari AY (48) dan Lub (36). Keduanya merupakan kenalan Yam," kata Kasat. AY merupakan warga Desa Talang Jerinjing, Kecamatan Rengat Barat, Indragiri Hulu tertangkap di Pematang Reba sedangkan Lub pemilik kafe di Sorek, Simpang Karet Kecamatan Pangkalan Kuras, Pelalawan. Ketiganya saat ini sedang menjalani pemeriksaan perihal penculikan dan perdagangan anak di bawah umur. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008