Ngawi (ANTARA News) - Naiknya debit air Bengawan Solo dan Bengawan Madiun menyebabkan banjir yang melanda Kabupaten Ngawi, Jatim, meluas, sehingga aparat berwenang menetapkan daerah itu dalam status Siaga III. Koordinator Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi Ngawi, Muhammad Shodiq Tri pada Selasa mengungkapkan, jumlah rumah warga yang terendam banjir di daerah itu sesuai laporan yang masuk Senin malam mencapai 172 rumah yang tersebar di enam kecamatan. "Itu adalah data yang masuk tadi malam (Senin,10/3). Berdasarkan informasi dari kecamatan-kecamatan yang tergenang dengan menggunakan radio, jumlah rumah yang terendam mencapai 300 rumah. Untuk itu pagi ini kami akan melakukan pengecekan di lapangan," katanya saat dikonfirmasi. Menurut dia, kondisi dua bengawan yaitu Bengawan Solo dan Bengawan Madiun debit airnya masih tinggi. Berdasarkan pantauan di Dungus ketinggian air mencapai 9,5 meter untuk Bengawan Madiun dan pentauan di Ngunengan ketinggian air Bengawan Solo mencapai 8,5 meter atau sudah berada diatas normal. Wilayah di kabupaten Ngawi yang terendam banjir dari luapan Bengawan Solo masing-masing kecamatan Mantingan dan Karanganganyar. Untuk banjir yang terjadi akibat luapan Bengawan Madiun meliputi kecamatan Kwadungan, Geneng, Pangkur, Kota Ngawi. "Ngawi adalah tempat pertemuan dua sungai besar yaitu Bengawan Solo dan Madiun. Jika sungai itu meluap proses surutnya sangat lambat. Dengan demikian banyak warga yang harus diungsikan akibat banjir yang terus menggenang," katanya menambahkan. Lebih lanjut ia menjelaskan, selain menggenangi rumah warga, banjir juga menggenangi areal persawahan yang siap panen maupun padi yang baru saja ditanam. Areal padi yang terendam terjadi di Kecamatan Kwadungan, Mantingan maupun Karanganyar. Guna membantu kebutuhan warga yang akan mengungsi, Satlak PBP kabupaten Ngawi telah menyiagakan perahu karet dan telah didistribusikan pada wilayah yang rawan banjir. Selain itu, bantuan sembako juga di telah didistribusikan. "Jika hari ini tidak hujan kemungkinan besar banjir akan surut. Dengan demikian kondisi masyarakat akan kembali normal termasuk aktifitas perekonomiannya," katanya menjelaskan. Banjir yang terjadi di Ngawi pada akhir tahun 2007 dan awal 2008 mengakibatkan ribuan areal persawahan terendam, 23 orang meninggal dunia serta kerugian material yang ditaksir mencapai Rp70 miliar. Pada Senin kemarin, ketinggian air yang membanjiri Ngawi dan sekitarnya dilaporkan antara 60 centimeter hingga 1,5 meter.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008