Washington (ANTARA News) - Panglima pasukan Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah, Laksamana William Fallon, mengatakan, Selasa, dia mengundurkan diri menyusul berbagai laporan bahwa ia berseberangan dengan Presiden George W. Bush mengenai Iran, sehingga menimbulkan "gangguan". Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, mengumumkan ia telah menyetujui pengunduran diri Fallon "dengan berat hati dan perasaan menyesal". Gates mengatakan ada "salah persepsi" yang menyebutkan Laksamana tersebut berseberangan dengan pemerintah dalam soal Iran. Lewat pernyataannya, Bush memuji Laksamana Fallon --y ang telah mengabdi selama lebih dari 40 tahun -- namun pernyataan itu tidak menyebut-nyebut tentang artikel di majalah "Esquire" yang memicu pengunduran diri Fallon. Fallon "mengabdi kepada negara ini dengan terhormat, penuh tekad dan komitmen," kata Bush, seperti dikutip AFP. Tetapi, pengunduran diri secara mendadak kepala Komando Pusat AS itu memicu bola salju kritik dari para pemimpin kubu Partai Demokrat -- yang memperkirakan Fallon dipaksa mundur karena sikap lugasnya. Pemimpin mayoritas di Senat, Harry Reid, menganggap peristiwa itu sebagai "contoh lain bahwa kebebasan dan blak-blakan, dengan mengungkapkan secara terbuka pandangan ahli, tidak disambut pemerintahan ini." Gates mengatakan tidak ada perbedaan berarti antara pandangan Fallon dan pemerintah mengenai Iran. Ketika ditanya mengenai majalah Esquire, yang menulis pengunduran diri Fallon adalah pertanda bahwa AS sedang bersiap memerangi Iran, Gates mengatakan, "Wah, itu benar-benar menggelikan." Penulis Esquire, Thomas Barnett, menggambarkan Fallon sebagai "sosok di antara Perang dan Perdamaian," dan memujinya karena menenangkan ketegangan dengan Iran pada tahun lalu sekaligus menentang langkah Gedung Putih untuk berperang. "Para pengamat saat ini mengemukakan bukanlah sesuatu yang mengejutkan jika Fallon melepaskan kedudukan sebelum masa jabatannya habis pada musim semi mendatang, bahkan mungkin musim panas sekarang, demi panglima yang dianggap Gedung Putih lebih lunak," tulis artikel itu. "Jika hal itu akan terjadi, mungkin artinya presiden dan wakil presiden bermaksud mengambil tindakan militer terhadap Iran sebelum akhir tahun ini dan tidak ingin ada panglima yang menghalangi mereka." Fallon juga menarik perhatian media pada November tahun lalu, ketika Bush gencar menyudutkan Iran. Dalam wawancara dengan "Financial Times" dia memperingatkan bahwa genderang spekulasi pers tentang aksi militer AS tidak membantu memperbaiki situasi. Fallon dalam pernyataannya mengatakan, "Berita-berita saat ini yang memperkirakan adanya perbedaan pandangan saya dengan sasaran kebijakan presiden telah menjadi gangguan pada saat kritis dan menghalangi langkah di wilayah yang menjadi kewenangan Centcom." "Meski saya tidak yakin pernah ada perbedaan pandangan mengenai sasaran kebijakan kami di wilayah kewenangan Komando Pusat, persepsi sederhana yang ada membuat saya sulit untuk mengamankan kepentingan-kepentingan Amerika di sana." Letnan Jenderal Angkatan Darat Martin Dempsey, orang kedua di Komando Pusat, disebut-sebut akan menjadi pelaksana tugas menggantikan Laksamana tersebut. Fallon adalah mantan pilot pesawat tempur pada Perang Vietnam dan memimpin Komando Pusat setelah bertugas sebagai panglima pasukan AS di Pasifik, tempat dia memfokuskan perhatian pada peningkatan hubungan militer dengan China. (*)

Copyright © ANTARA 2008