Makasar (ANTARA News) - Kasus kematian Dg Basse (35), ibu yang sedang hamil, dan anaknya Bahir (5) di Parangtambung, Makasar merupakan bukti nyata yang mengukuhkan betapa sangat seriusnya masalah kemiskinan di tanah air. Tokoh nasional yang juga ketua umum DPP Partai HANURA, H Wiranto mengemukakan hal itu kepada pers usai mengunjungi keluarga Dg Basse, korban kemiskinan yang meninggal di Jln Dg Tata Blok V Kelurahan Parangtambung Kecamatan Tamalate, Makasar, Sulawesi Selatan, Rabu.. Menurut Wiranto, kasus tragis tersebut seharusnya membuka mata kita semua untuk lebih serius mengatasi makin parahnya masalah kemiskinan. "Banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari kasus ini. Sebagai warga yang kebetulan bernasib lebih baik dari keluarga Dg Basse, seharusnya kita malu, tergugah dan terpanggil untuk secara bersama-masa mengatasi masalah ini," katanya. Apalagi, hal itu terjadi di kawasan yang berjejer sejumlah perumahan cukup mewah di tengah kota. Bisa dibayangkan, bagaimana dengan kemiskinan di daerah-daerah pinggir dan terpencil seperti NTT,ungkap Wiranto. Menanggapi pertanyaan wartawan tentang adanya aksi saling tuding antara pemerintah pusat dan daerah dalam menyikapi kasus ini, Wiranto mengatakan, sekarang saatnya hati nurani betul-betul bicara. "Sudahlah, tak perlu saling tuding dan saling lempar tanggungjawab seperti itu. Sekarang bukan saatnya emosi, ego dan arogansi yang bicara, tapi hati nurani. Mari kita sikapi dan kita atasi masalah kemiskinan ini secara bersama-sama tanpa perlu hanyut dan larut dalam perdebatan yang tak ada manfaatnya," ujarnya. Tentang kunjungannya sendiri ke keluarga korban, Wiranto menjelaskan, selain untuk menyampaikan belasungkawa,memberikan dorongan dan semangat hidup kepada keluarga yang ditinggalkan, juga dalam rangka menyerap lebih banyak lagi masukan tentang potret sesungguhnya realitas kehidupan masyarakat kita di lapis bawah. "Ini memang merupakan salah satu konsen kita terhadap masalah kemiskinan. Saya sudah berjanji bahwa sebagian hidup saya ini akan saya wakafkan untuk mengatasi masalah kemiskinan. Dengan kunjungan ini, saya bisa melihat langsung, mendengar langsung dan bisa menyerap langsung tentang banyak hal. Dan ini akan menjadi bahan kita dalam mencarikan solusi yang efektif dan komprehensif dalam mengatasi kemiskinan," paparnya. Wiranto hadir di rumah keluarga korban disambut sejumlah warga sekitar, khususnya ibu-ibu dengan langsung menyapa dan sebagian memeluknya. Tampak sebagian dari mereka meneteskan air mata sambil meminta Wiranto untuk sering-sering berkunjung ke tempat orang-orang kecil seperti mereka. "Terimakasih Pak Wiranto bersedia datang ke tempat kumuh seperti ini. Sering-sering ya pak dan jangan kapok," ujar salah seorang ibu-ibu. Saat berdialog dengan keluarga korban, Wiranto meminta keluarga untuk tabah, bersabar dan tawakal. "Saya datang kesini tak membawa apa-apa kecuali ada bantuan sekedarnya. Mudah-mudah bermanfaat. Yang lebih penting, saya ingin menyampaikan belasungkawa sekaligus dorongan semangat untuk tidak putus asa dalam hidup ini. Percayalah, sepanjang kita mau berusaha, Tuhan akan memberi jalan," tandasnya. Wiranto juga berpesan kepada suami korban dan pengurus Panti Asuhan FAHMI, tempat dimana Aco (4), putra bungsu korban tinggal saat ini untuk menjaga dan merawatnya dengan baik, penuh cinta dan kasih sayang. Sehingga, kelak, Aco menjadi anak yang maju, mandiri dan berguna buat bangsa dan negara. "Insya Allah, kalau kita ikhlas merawatnya, Tuhan bukan saja akan memberi kita pahala yang berlipat, tapi juga akan membukakan pintu berbagai kemudahan dalam hidup ini, amiin. Yang pasti, di depan mata kita ini berderet banyak Aco-Aco yang lain. Inilah tugas kita yang kebetulan bernasib lebih baik dari mereka," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008