Surabaya (ANTARA News) - Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Departemen Pertanian (Deptan) RI Tjuk Eko Hari Basuki menegaskan, 27 persen bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia mengalami gizi buruk. "Gizi buruk itu tidak terjadi mendadak, tapi sudah lama," katanya di sela-sela seminar `Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Menuju Pertanian Tangguh di Jatim` yang digelar Pemprov Jatim-Bank Jatim-UPN Jatim di Surabaya, Kamis. Menurut dia, penyebab gizi buruk itu ada dua hal yakni kemiskinan dan rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi, sehingga balita menjadi kurang diperhatikan dan akhirnya berat badannya pun di bawah standar. "Saya pernah menemukan seorang ibu di NTB yang memiliki gelang, kalung, dan perhiasan emas lainnya, sehingga dia sebenarnya mampu secara ekonomi, tapi dia tidak tahu gizi yang baik untuk makanan anaknya," katanya. Ditanya langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengatasinya, ia mengatakan kasus gizi buruk akan diatasi dengan SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) yang melakukan pemetaan daerah rawan pangan. "Hasilnya, kami memberikan Rp25 juta kepada setiap dari 300 kabupaten/kota yang tergolong miskin. Di Jatim sendiri tercatat delapan daerah miskin, terutama di Madura dan kawasan `tapal kuda`," katanya. Selain itu, katanya, pihaknya akan mengaktifkan kembali peran Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) dalam mengontrol berat badan balita, karena orang yang aktif adalah ibu balita, bukan petugas Posyandu setempat. "Jadi, perhatian petugas Posyandu akan meningkat, sehingga target berkurangnya krisis pangan pada 2015 dapat tercapai," katanya dalam acara yang dihadiri HM Noer dan Basofi (mantan gubernur) serta Mulyanto (Dirut Bank Jatim).(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008