Beijing (ANTARA News) - Sedikit-dikitnya belasan orang dilaporkan luka dan dibawa ke rumah sakit sesudah unjuk rasa di ibukota Tibet, Lhasa, Jumat, kata juru rawat rumah sakit di sana kepada kantor berita Prancis (AFP). Luka itu diperoleh dalam kekerasan di tengah Lhasa, yang juga menjadi saksi sejumlah toko dibakar pada sekitar pukul 14.00 (13.00 WIB), kata kantor berita resmi Xinhua. Xinhua menyatakan beberapa kendaraan juga dibakar, dengan menambahkan bahwa unjukrasa itu masih berlangsung pada 16.30 (15.30 WIB). "Ada beberapa pasien --sedikit-dikitnya selusin-- diobati dokter dan beberapa diopname. Mereka mendapat luka luar," katanya kepada AFP, dengan menambahkan bahwa tak ada yang tewas di sarana itu. Jururawat lain dari Rumahsakit Rakyat memberitahu AFP bahwa mereka tidak bisa memastikan rincian yang luka. Ia menyatakan mereka diperintahkan pemerintah tidak mengatakan apa pun. Laporan tentang luka itu keluar saat kebakaran terjadi di pasar dan jalan dekat candi Jokhang di bagian kota tua Lhasa. Kerusuhan itu terjadi sesudah tiga hari unjukrasa biksu di Lhasa, yang menjalar ke biara di pedalaman Tibet dan luar propinsi tersebut. Terjadi pula unjukrasa warga Tibet di pengasingan di seluruh dunia. Ratusan rahib terlibat dalam unjukrasa sebelumnya pada pekan ini di Lhasa, kata kelompok hak asasi. Kampanye Antarbangsa untuk Tibet pada Jumat pagi menyatakan tentara mengepung biara, di tengah ketakutan akan penumpasan oleh pemerintah Cina. Kementerian Luar Negeri Cina menegaskan bahwa Tibet adalah bagian dari Cina dan tidak ada negara di dunia mengakui Tibet sebagai negara merdeka. "Tidak ada negara di dunia mengakui Tibet sebagai negara merdeka," kata Jurubicara Kementerian Luar Negeri Cina Qin Gang dalam keterangan pers berkalanya di Beijing pada Kamis. Hal tersebut dikemukakannya menjawab pertanyaan wartawan mengenai sikap Cina terhadap gerakan mendukung Tibet dan Dalai Lama, yang terus menekan agar Cina memberikan kemerdekaan kepada salah satu wilayah negara itu. Menurut dia, Cina mengutuk keras sejumlah tindakan pegiat masyarakat Tibet, yang belakangan mulai gencar melakukan gerakan, yang dinilai pemerintah Cina merupakan tindakan pemberontakan. Ia juga menegaskan bahwa yang selama ini dilakukan berbagai pihak, termasuk Dalai Lama, untuk memisahkan diri dari Cina tidak akan berhasil dan merupakan tindakan sia-sia. "Saya tegaskan sekali lagi di sini bahwa Tibet merupakan satu kesatuan dari Cina sejak zaman dahulu dan selanjutnya," kata Qin Gang. Gang juga berharap pemerintah India tetap berpegang pada janjinya tidak memberikan pengakuan atau dukungan kepada sejumlah kegiatan Tibet di India untuk memperjuangkan kemerdekaannya. "Cina berharap India tetap terikat tidak mendukung atau membantu gerakan pemberontakan itu dan Cina telah menerima jaminan itu dari India," katanya menambahkan. Terkait dengan gerakan kelompok masyarakat Tibet di India, yang menuntut kemerdekaan, Gang menyatakan Cina mengutuk tindakan itu. "Kami secara tegas menentang kelompok Dalai Lama, yang menginginkan pemberontakan," katanya menanggapi tindakan Dalai Lama, yang saat ini hidup dalam pengasingan di India. Polisi India pada Kamis menahan sekitar 100 warga Tibet di pengasingan, yang berusaha berjalan ke tanah tumpah darah mereka sebagai bagian dari unjukrasa menentang China, kata polisi. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008