Dakar (ANTARA News) - Pemerintah Sudan berharap pemerintah Republik Indonesia dapat melipatgandakan personel yang dikirim dalam misi perdamaian di bawah bendera PBB ke Darfur. "Sudan ingin Indonesia lebih berperan dalam misi perdamaian di Darfur," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seusai penutupan KTT ke-11 OKI di Dakar, Senegal, saat menjelaskan pertemuan dengan Presiden Sudan, Omer Hassan Ahmed Al Bashir. Saat ini pemerintah Republik Indonesia telah menyiapkan 140 orang polisi untuk bertugas ke Darfur. "Tapi, mereka minta supaya ditingkatkan 140 orang lagi," katanya. Menurut Kepala Negara, pemerintah Indonesia akan dengan senang hati turut berperan dalam menjaga perdamaian asalkan diminta dan berada di bawah bendera misi perdamaian PBB. Presiden Yudhoyono mengatakan Indonesia sepenuhnya percaya pada kemampuan pemerintah Sudan untuk mengatasi konflik yang terjadi. Indonesia berharap agar seluruh penyelesaian yang akan diputuskan, benar-benar membawa kebaikan bagi rakyat Sudan. Pemerintah Sudan, lanjut Kepala Negara, juga ingin Indonesia meningkatkan kerjasama dengan Sudan. Palestina Pada kesempatan itu Presiden Yudhoyono juga melakukan pertemuan dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, guna membahas konflik kemanusiaan berkepanjangan di Palestina. Kepala negara mengatakan Indonesia mendorong Palestina agar segera menyelesaikan konflik internal. "Indonesia berharap Palestina dapat segera mencapai cita-citanya sebagai negara merdeka dan hidup berdampingan dengan damai bersama negara-negara lain di dunia," katanya. Selama beberapa tahun terakhir Indonesia aktif menyuarakan perlunya dunia internasional mendorong kemerdekaan Palestina. Pada Mei 2008, Indonesia bersama dengan Afrika Selatan akan menggelar Konferensi Asia Afrika mengenai Palestina. Presiden Abbas juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang telah mendukung perjuangan Palestina. Dalam pidatonya di debat umum OKI, Presiden Yudhoyono juga mengangkat masalah Palestina. Di hari terakhir KTT ke-11 OKI, Presiden Yudhoyono melakukan empat dari lima pertemuan dwi pihak yang dijadwalkan yaitu dengan PM Lebanon, Presiden Sudan, pejabat sementara PM Bangladesh dan Presiden Palestina. Pertemuan dengan PM Yordania batal karena acara OKI terlambat dimulai. Debat umum di hari terakhir OKI yang seharusnya dimulai pukul 09.00 waktu setempat baru dilaksanakan pukul 10.30 sehingga agenda pertemuan Presiden Yudhoyono dengan PM Yordania pada pukul 10.00 terpaksa dibatalkan. Pelaksanaan KTT ke-11 OKI memang diwarnai sejumlah keterlambatan, upacara pembukaan KTT sendiri terlambat selama lebih dari dua jam.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008