Beijing (ANTARA News) - China mengatakan pihaknya `sangat prihatin` terhadap rencana Perdana Menteri Inggris Gordon Brown untuk bertemu dengan pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama, kata kantor berita Xinhua di sini Kamis. Brown mengumumkan bahwa dia akan bertemu dengan Dalai Lama setelah pemimpin Inggris berbicara melalui telepon kepada Perdana Menteri China Wen Jiabao dan mendesaknya untuk menghentikan aksi kekerasan di Tibet, yang dipicu oleh upaya pemerintah China meredakan aksi-aksi protes. "China sangat prihatin terhadap pesan (yang disampaikan dalam pidato Brown atas kesediaannya untuk bertemu dengan Dalai Lama) itu," kata jurubicara Kementerian Luar Negeri China, Qin Gang, seperti yang dikutip Xinhua. "Seperti yang kami sering ulangi, Dalai adalah seorang pengungsi politik yang melakukan aktivitas untuk memecah China dengan berkedok agama," katanya. Ia menambahkan bahwa Inggris harus memahami `muka sebenarnya` dari Dalai Lama. Brown Rabu mengatakan bahwa dia akan bertemu dengan Dalai Lama, dalam upaya menyambut gerakan yang dilakukan oleh aktivis pro Tibet itu. Kantor Brown tidak memberikan konfirmasi kapan pertemuan itu akan dilakukan, namun seorang perempuan jurubicara pada Masyarakat Tibet di Inggris mengatakan, bahwa Dalai Lama akan ke London Mei depan. "Saya perlu menjelaskan bahwa aksi kekerasan di Tibet harus dihentikan dengan dialog antara pihak-pihak yang berseberangan," kata Brown kepada parlemen setelah dia berbicara dengan Perdana Menteri Wen. "Perdana menteri mengatakan kepada saya bahwa masalahnya ada dua, yakni bahwa Dalai Lama telah mengatakan bahwa dia tidak mendukung kemerdekaan penuh Tibet dan bahwa dia meninggalkan kekerasan. Dia juga siap untuk memasuki dialog dengan Dalai Lama." "Saya bertemu dengan Dalai Lama manakala dia berada di London," kata Brown menambahkan. Dalai Lama Rabu mengimbau dilanjutkannya perundingan-perundingan dengan China, namun pemimpin Partai Komunis Tibet Zhang Qingli menulis dalam satu suratkabar, bahwa China saat ini dalam keadaan `berjuang hidup atau mati` berkaitan dengan wilayah yang telah perintah selama 57 tahun itu. China juga membantah bahwa pihaknya menggunakan aksi kekerasan yang mematikan untuk mengatasi kerusuhan, dan menyatakan bahwa yang tewas dalam aksi itu hanya 13 `warga sipil yang tak bersalah` yang dibunuh oleh para perusuh di Lhasa, Jum`at, sedangkan 325 orang lainnya cedera. Xinhua melaporkan bahwa Qin juga `menuduh klik Dalai Lama telah mengorganisasi, mengotaki dan menghasut aksi kerusuhan di Lhasa.` Sementara itu pihak keamanan di Lhasa Rabu telah menggagalkan kerusuhan, namun orang-orang Tibet yang berada di provinsi-provinsi tetangganya masih terus menggelar aksi-aksi protes menuntut kemerdekaan tanahair mereka. TV Kanada mengatakan pihaknya telah menyaksikan salah seorang dari para pemrotes di provinsi Gansu Selasa, dan merekam gambar-gambar yang dramatis. Dalam video itu ditunjukkan, lebih dari 1.000 warga Tibet, yang sebagiannya naik kuda, berarak di sekeliling kota, menyerang satu gedung pemerintah, menurunkan bendera China di sebuah sekolah, membakar bendera itu, dan mengerek bendera Tibet. Pemerintah Tibet di pengasingan membenarkan bahwa jumlah korban yang tewas dalam kerusuhan selama sepekan itu mencapai 99 orang, sedangkan parlemen Tibet di Dharmashala mengatakan `ratusan` pengunjukrasa mungkin tewas dalam aksi penumpasan dengan cara kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah China. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008