Beijing (ANTARA News) - China akhirnya mengaku bahwa polisinya telah melakukan penembakan terhadap para pemrotes selama kekerasan di Tibet berkaitan dengan aksi kerusuhan di provinsi baratdaya Sichuan. Pengakuan China ini berbeda dengan penegasan sebelumnya dari pihak pengusaha yang menyatakan bahwa pasukan keamanan China tidak menggunakan senjata mematikan dalam aksi tersebut. Kantor berita resmi Xinhua melaporkan Jum`at, polisi melakukan penyerangan untuk mempertahankan diri selama aksi kerusuhan Ahad di kota Aba, suatu daerah di mana sebagian besar para anggota suku minoritas Tibet China tinggal. Dalam laporan pertama, Xinhua mengatakan empat orang tewas namun kemudian berita itu dikoreksi dengan mengatakan, empat orang cedera akibat penembakan-penembakan tersebut. Laporan-laporan terjadi sehari setelah jurubicara Kementerian Luar Negeri China membantah bahwa pasukan keamanan telah menggunakan senjata untuk meredam aksi-aksi protes kemerdekaan rakyat Tibet di luar Wilayah Otonomi Tibet. "Mereka menunjukkan pengendalian diri yang maksimal," kata Qin Gang ketika ditanya mengenai tanggapannya atas aksi-aksi protes yang ditujukan kepada polisi paramiliter yang tersebar-luas di Sichuan, provinsi tetangga Ganzu dan daerah-daerah Tibet lainnya. "Mereka tidak menggunakan senjata-senjata mematikan apapun," kata Qin kepada para wartawan. Namun demikian, suatu sumber di Aba mengatakan kepada DPA bahwa 13 orang Tibet, termasuk bocah berumur delapan tahun tewas ditembak dalam bentrokan 14 Maret itu, dan lima orang lainnya tewas pada 15 Maret. Satu kelompok warga Tibet di pengasingan mengatakan, tentara menembaki 39 orang hingga tewas di prefektur Aba. Pemerintah pusat telah membenarkan hanya 13 korban tewas, yang diketahui semuanya adalah warga non-Tibet, dalam kerusuhan 14 Maret di ibukota Tibet Lhasa. Tapi sebelumnya pemerintah membantah terjadinya penembakan terhadap para pemrotes di sana. Pemerintah Tibet di pengasingan yang bermarkas di India mengatakan, bahwa pihaknya telah mengkonfirmasikan bahwa sedikitnya 80 orang tewas di Lhasa. Aksi-aksi protes yang dilakukan warga Tibet di China dan negara-negara lainnya mulai 10 Maret, diadakan berkaitan dengan peringatan tahun ke-49 gagalnya pemberontakan di Tibet dalam menentang pemerintahan China. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008