Bogor (ANTARA News) - Partai Amanat Nasional (PAN) bisa berada di posisi ketiga pada Pemilu legislatif 2009, jika kader-kadar PAN bisa menampilkan isu-isu utama yang tepat. Ketua Dewan Penasihat DPP PAN H Amien Rais di Bogor (Jawa Barat), Jumat, mengatakan, berdasarkan hasil diskusi dengan masyarakat pada saat berkunjung ke sejumlah daerah di Indonesia, ada sejumlah persoalan mendasar yang bisa ditampilkan menjadi isu. "Persoalan tersebut, antara lain, terus meningkatnya harga kebutuhan pokok menyebabkan sebagian masyarakat Indonesia mengalami kesulitan pangan," kata Amien Rais saat memberi tausiah dihadapan pengurus dan kader PAN se-Jawa Barat. Menurut Amien, kebijakan pemerintah untuk memberantas saat ini kemiskinan kurang tepat sehingga kemiskinan masih sulit diatasi. "Bahkan kebijakan pemberantasan kemiskinan tersebut, seperti BLT (bantuan langsung tunai), secara tidak langsung telah melecehkan bangsa sendiri," katanya. Dengan kebijakan tersebut, kata dia, pemimpin saat ini telah melakukan dekonomisasi mental, yakni menjadikan mental bangsa sebagai mental "inlander". Mantan Ketua MPR-RI ini juga menilai, pemerintah saat ini tidak berhasil menahan intervensi asing pada perdagangan nasional. "Saat ini hampir seluruh korporasi dan perdagangan nasional telah dikuasai oleh korporasi asing. Itu berarti bangsa kita saat ini sudah dijajah korporasi asing," katanya. Ketua Umum DPP PAN Sutrisno Bachir mengatakan, PAN manargetkan bisa meraih 84 kursi di DPR RI atau sekitar 15 persen suara pada Pemilu legislatif 2009. Berdasarkan kalkulasi politik yang telah dilakukan DPP PAN, target tersebut rasional dan bisa dicapai, asalkan strategi yang ditetapkan oleh PAN dilakukan secara maksimal dan berjalan sesuai rencana, katanya. Menurut dia, serangkaian pemilihan kepala daerah (Pilkada) di seluruh daerah di Indonesia, bisa memanaskan mesin politik PAN menuju ke Pemilu legislatif 2009. Pilkada yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat dan memiliki makna strategis bagi PAN adalah Pilkada Provinsi Jabar, pada 13 April 2008.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008