Kupang (ANTARA News) - Kerusuhan antar warga terjadi di Atambua, ibukota Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), bertepatan dengan perayaan Paskah, Minggu, menyusul tewasnya Paulino Lopes, seorang eks pengungsi Timor Timur yang dibunuh sekelompok pemuda mabuk Sabtu malam. Kabid Humas Polda NTT, Kompol Marthen Radja, ketika dikofirmasi Minggu malam, membenarkan terjadinya insiden yang terjadi di wilayah yang berbatasan dengan Timor Leste itu, meski ia mengaku belum tahu persis kronologis peristiwa tersebut dan menunggu laporan dari Kapolres Belu. Keterangan yang dikumpulkan ANTARA dari berbagai pihak di Atambua menyebutkan, kerusuhan bermula ketika Paulino Lopes hendak pulang dari gereja pada malam Paskah. Ia dihadang oleh segerombolan anak muda yang sedang mabuk di kilometer tiga menuju Nenuk. Saat itu, korban hendak diperas ("dipalak") sekelompok pemabuk itu yang meminta uang untuk menambah membeli minuman keras, namun korban menolaknya. Para pelaku sebelumnya melakukan kegaduhan di sekitar gereja pada malam Paskah, dan korban sempat menegur mereka pada saat itu. Korban yang menolak diperas, kemudian dihajar hingga babak belur, meski ia sempat melarikan diri ke keluarganya di Atambua. Para pelaku rupanya tidak puas dengan korban yang dilukiskan sebagai "sok jagoan" ketika menegur mereka pada saat misa malam Paskah. Perkelahian pun dilanjutkan pada Minggu Paskah, sampai akhirnya korban dihajar dengan sepotong besi di bagian kepala, kemudian ditikam dengan sebuah pisau di bagian leher. Korban sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong ketika paramedis tengah berupaya menjahit lehernya yang robek. Keluarga korban tidak menerima kenyataan tersebut, dan melakukan penyerangan terhadap para pelaku di daerah Motabuik dengan membakar sedikitnya 11 rumah penduduk. Paulino yang tewas itu adalah warga eks Timor Timur yang bermukim di Naibonat, Kupang Timur. Ia ke Atambua untuk merayakan Paskah bersama keluarganya yang bermukim di Atambua.(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008