Jakarta (ANTARA News) - Data Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan memperlihatkan, kondisi sanitasi yang buruk dan minimnya pasokan air bersih memicu angka kematian anak akibat paparan penyakit diare, tipus, polio, dan cacingan. Data Departemen Kesehatan tersebut, yang dirangkum ANTARA News di Jakarta, Selasa, juga menyebutkan, di Indonesia terdapat empat dampak besar kesehatan yang disebabkan pengelolaan air dan sanitasi yang buruk, yakni diare, tipus, polio, dan cacingan. Hasil survei pada 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 dari tiap 1.000 orang, dan terjadi 1-2 kali per tahun pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Pada 2001, angka kematian rata-rata yang diakibatkan diare adalah 23 di tiap 100.000 orang penduduk, sedangkan angka yang lebih tinggi terjadi pada kelompok anak berusia di bawah 5 tahun, yaitu 75 per 100.000 orang. Sementara kematian anak berusia di bawah tiga tahun akibat diare adalah 19 persen, dengan kata lain sekitar 100.000 anak meninggal dunia tiap tahunnya akibat diare. Sanitasi yang buruk juga menimbulkan penyakit tipus, angka nasional menunjukkan 350-810 orang pada setiap 100.000 orang penduduk terpapar tipus. Bahkan studi klinis rumah sakit menunjukkan bahwa angka penderita tipus adalah 500 per 100.000 orang penduduk, dan laju kematiannya adalah 0,6-5 persen. Polio juga merebak akibat sanitasi yang buruk, seperti catatan Departemen Kesehatan tentang wabah polio di Provinsi Jawa Barat. Khusus tentang prevalensi cacingan, Departemen Kesehatan tahun 2007 menyebutkan sekitar 35,3 persen penduduk Indonesia diperkirakan terpapar cacingan. Kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk dan minimnya pasokan air bersih di Indonesia mencapai 2,4 persen Produk Domestik Bruto (GDP), atau 13 dolar Amerika per rumah tangga menurut kajian Bank Pembangunan Asia (ADB) tahun 1998.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008