Jakarta (ANTARA) - Setelah merilis EP "Ruang (Live)" pada akhir tahun lalu dan single pertama "Hitam" pada April 2019, grup musik asal Yogyakarta, Tashoora kini siap mengajak para penikmat musik kembali ke abad pertengahan.

Melalui single terbaru "Surya", Danang Joedodarmo, Dita Permatas, Gusti Arirang, Sasi Kirono, dan Mahesa Santoso bercerita tentang filsuf Italia Giordano Bruno yang meyakini bahwa bumi mengelilingi matahari, tapi dieksekusi karena kepercayaannya.

"Peristiwa ini menjadi bukti bahwa fanatisme selalu setia memukul mundur ilmu pengetahuan. Atas nama ajaran, sebagian dari kita bertindak sebagai Tuhan," ucap Danang dalam keterangan pers yang diterima ANTARA, Sabtu.

"Sejak dulu kita dijejali tentang 'kebenaran' absolut, suara-suara selain ajaran tersebut harus tutup mulut," ungkap Gusti.

Dalam proses penulisan lagu Surya, Tashoora tidak sendiri. Mereka mengajak vokalis grup metal "Revenge", Rifki Bachtiar, sebagai kolaborator pada departemen lirik.

"Di balik lirik Surya ada cahaya yang dibungkam. Manusia tidak bisa menerima kesepakatan minoritas," jelas Rifki Bachtiar.

Setali tiga uang dengan pesan di lagu, ranah seni Surya pun ingin memperlihatkan kegelisahan yang sama yakni gambar manekin yang mulut serta pergelangan tangan dan kakinya dibebat dengan kain.

Artwork hitam-putih dengan goresan cat ungu juga merupakan hasil kerja sama Tashoora dengan Crystal Yoana Tanara (fotografer) dan Galuh Indri Wiyarti (ilustrator/desainer grafis).

"Simbol duka atas pembungkaman ilmu pengetahuan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan agama," jelas Crystal Yoana Tanara.

"Surya" merupakan single kedua mereka yang dirilis pada 2019.

Tashoora sendiri ditunjuk sebagai Spotify Early Noise featured artist 2019 asal Indonesia.

"Lagu ini (Surya) akan menjadi bagian dari album penuh Tashoora yang rencananya akan dirilis akhir tahun ini," kata Dita.

Baca juga: Tashoora angkat kebijakan hukuman primitif lewat single baru
 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019