Moskow (ANTARA News) - Rusia sedang bersiap untuk bekerjasama dengan negara-negara Asia Tenggara (Asean) dalam memproduksi vaksin flu burung. "Tujuan kami adalah memperlihatkan standar produksi vaksin di Rusia dan menganalisa kemungkinan kerjasama dengan produsen lokal," ujar Alexei Kupriyanov, deputi direktur jenderal perusahaan Microgen pada kementerian kesehatan Rusia, dalam acara pertemuan flu burung internasional yang diselenggarakan di Bali, Indonesia. "Microgen menyatukan 14 produsen bahan-bahan biologis di beberapa wilayah di Rusia dan telah memimpin pasar Rusia," jelasnya. "Perusahaan ini sekarang memproduksi sebanyak 40 juta dosis vaksin flu setiap musimnya, termasuk 25 juta dosis yang berada di bawah proyek kesehatan kepresidenan." "Dengan fasilitas yang memadai, sangatlah mudah bagi kami untuk merubah produksi dalam melawan virus baru," ujar Kupriyanov seperti dikutip Ria Novosti. "Rusia telah menjaga posisi pentingnya dalam produksi vaksin selama 15 tahun terakhir," jelas Igor Krasilnikov, kepala penelitian dan pengembangan Microgen. "Kami memproduksi semua vaksin yang dibutuhkan bagi negara, yang merupakan bagian dari keamanan biologi, dan menjaga potensi keilmuan, yang merupakan salah satu tantangan," ujarnya. Dia menyebutkan bahwa Microgen bergerak dalam bidang produksi vaksin, termasuk untuk flu burung. "Kami telah mengembangkan dua vaksin sejenis. Satu di antaranya sedang didaftarkan, dan yang lainnya sedang dalam masa uji coba," kata Krasilnikov. Salah satunya merupakan vaksin hidup, yang berarti memiliki kemungkinan memberikan manfaat yang cukup efektif di Asia Tenggara. Vaksin ini digunakan sekali saja melalui hidung, dengan tingkat keefektifan tinggi dalam melawan berbagai virus flu burung. "Kami telah menandatangani perjanjian khusus dengan WHO untuk memindahkan produksi vaksin-vaksin ini kepada negara-negara yang sangat membutuhkan, seperti Indonesia, Vietnam dan Thailand," jelas Krasilnikov. Menurut dia, dalam pertemuan ini, pihaknya mewakili perusahaan yang juga memproduksi vaksin bagi anak-anak dan vaksin yang terbukti efektif dalam kondisi simulasi pandemi flu burung. Ia mengatakan, hal ini sangat penting bagi Asia Tenggara dan akan bermanfaat bagi ekonomi Rusia, karena kami juga mewakili produsen Rusia pada pertemuan di Bali kali ini. Sejak 2005, ketika virus H5N1 menyerang Indonesia, virus ini telah menginfeksi 129 orang, 105 diantaranya meninggal. Ini hampir setengah dari total kematian akibat virus ini di dunia yang mencapai 236, berdasarkan data terkini WHO. Setiap pasien baru flu burung meningkatkan kemungkinan virus tersebut bermutasi menjadi virus yang mampu berpindah di antara manusia. Para ahli menyebutnya pandemi, yang mampu membunuh puluhan juta manusia dalam hitungan minggu. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008