Medan (ANTARA News) - Puluhan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berunjukrasa dengan membakar bendera Kerajaan Belanda di depan kantor konsulat negara itu di Medan, Rabu, sebagai protes terhadap film "Fitna" yang diluncurkan anggota parlemen Belanda, Geert Wilders. Pengunjuk rasa juga membakar ban dan menghancurkan pagar kantor konsulat Belanda serta melemparinya dengan batu dan telur busuk. Selain itu, mereka juga menghancurkan papan nama kantor konsulat itu dan membakarnya beserta bendera negara tersebut yang berkibar di tempat itu. Koordinator aksi, Bahmid Effendi Manullang, dalam orasinya mengatakan aksi tersebut merupakan bentuk kekecewaan ummat Islam atas tiada hentinya praktik penghinaan Barat terhadap Islam. Setelah "Ayat Ayat Setan" Salman Rushdie dan peristiwa karikatur Nabi Muhammad SAW, maka kini muncul lagi film "Fitna" yang menyamakan Al-Qur'an dengan buku biasa dan Islam dengan teroris. Praktik yang dilakukan Wilders itu dapat merusak kerukunan umat beragama di dunia, katanya. Aksi unjuk rasa dengan membakar bendera Belanda dan plank nama kantor konsulat negara itu yang berlangsung sekitar satu jam itu diwarnai juga dengan pembacaan Surat Al-Fatihah. Penangkapan Pihak kepolisian yang turun ke lapangan sekitar 30 menit setelah aksi pengrusakan pagar, pembakaran bendera dan papan nama kantor konsulat itu menangkapi pengunjuk rasa. Aksi penangkapan oleh pihak kepolisian yang diwarnai dua kali tembakan peringatan itu membuat sebagian pengunjuk rasa melarikan diri. Selanjutnya, sekitar 20 pengunjuk rasa dibawa ke Mapoltabes Medan untuk menjalani pemeriksaan. Para pejabat kepolisian dari Poltabes Medan yang berada di lokasi kejadian tidak bersedia memberikan keterangan mengenai penangkapan tersebut. Namun Kapoltabes Medan, Kombes Pol Bambang Sukamto, ketika dihubungi menjelaskan penangkapan itu dilakukan karena pengunjuk rasa melakukan pengrusakan. Apalagi yang dirusak itu kantor konsulat Belanda yang dikategorikan sebagai wilayah negara lain, katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008