Jakarta (ANTARA News) - Kepala Ekonom BNI Tony A Prasetyantono mengatakan, Bank Indonesia (BI) sebaiknya menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin untuk menahan laju inflasi. "Saya kira 25 basis poin itu masih bisa. Indonesia saat ini lebih terancam oleh inflasi, jadi kenaikan ini lebih untuk meredam gejolak inflasi yang ada," katanya di Jakarta, Rabu. Menurut dia, kenaikan tersebut juga tidak akan berdampak secara drastis terhadap dunia usaha. "Masih ada toleransi, meski punya pengaruh terhadap suku bunga kredit," katanya. Ia menjelaskan beberapa negara yang memiliki ancaman inflasi yang tinggi juga melakukan kebijakan untuk menaikan suku bunganya. "Australia juga melakukan hal yang sama, saya kira selama ancaman inflasi lebih menghantui maka sebaiknya hal itu diprioritaskan," katanya. Ekonom Senior Standard Chartered Bank Indonesia M Fauzi Ikhsan mengatakan, penurunan BI rate terlambat. "Sebab penurunan tersebut dampaknya baru terasa enam sampai sembilan bulan kemudian, padahal peningkatan inflasi yang terjadi justru saat-saat ini," katanya. Selain itu menurut dia, penurunan BI rate justru membuat kredibilitas BI terancam. "Ini karena BI selama ini terus mendengungkan bahwa tidak akan ada kenaikan BI rate, dan selalu mengatakan ada ruang untuk turun, ini membuat kredibilitas BI dipertanyakn bila menaikan BI rate" katanya. Menurut dia, satu-satunya cara untuk menahan laju inflasi adalah dengan memperkuat nilai tukar rupiah. "Itu satu-satunya cara untuk tetap menjaga agar inflasi dapat dikendalikan, karena inflasi selama ini terutama terkait inflasi akibat barang-barang impor," katanya. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, laju inflasi selama bulan Maret 2008 mencapai 0,95 persen, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Maret 2008) mencapai 3,41 persen, dan inflasi year on year sebesar 8,17 persen. Sebelumnya BPS mencatat tingkat inflasi pada Februari 2008 mencapai 0,65 persen, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Februari 2008) sebesar 2,44 persen, dan tingkat inflasi tahunan (year on year) atau Februari 2008 terhadap Februari 2007 sebesar 7,40 persen.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008