Beijing (ANTARA News) - Polisi China melepaskan tembakan saat terjadi "kerusuhan" di suatu wilayah berpenghuni warga Tibet di China baratdaya, ungkap kantor berita resmi Xinhua, Jumat. Satu petugas setempat luka berat dalam insiden yang terjadi Kamis malam di Garze, provinsi Sichuani, ungkap Xinhua. "Para petugas setempat menahan diri selama kerusuhan dan berulang kali memerintahkan para perusuh mematuhi undang-undang," tulis Xinhua mengutip seorang pejabat dengan pemerintah daerah. "(Tetapi) polisi dipaksa untuk melontarkan peringatan tembakan dan memadamkan kekerasan karena petugas dan masyarakat dalam bahaya besar." Xinhua tidak memberikan rincian lain dalam berita singkatnya. Kelompok Free Tibet Campaign yang berpusat di London, mengutip sumber di kawasan tersebut yang menyebut bahwa pasukan keamanan melepaskan tembakan saat 370 biksu dari biara Tongkhor dan sekitar 400 warga Tibet mengadakan unjuk rasa. Delapan warga Tibet tewas setelah pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa, kata jurubicara Free Tibet Campaign, Matt Whitticase, mengutip sumber tersebut. Whitticase menyebutkan identitas tujuh orang di antara para korban namun menekankan bahwa dirinya hanya mendapat informasi dari seorang sumber. Lebih lanjut Whitticase mengatakan para warga Tibet tersebut berunjuk rasa menentang penahanan dua bhiksu pada hari Kamis. Dia mengatakan dua bhiksu itu ditangkap karena mereka diketahui memiliki foto bersama pemimpin rohani Tibet di pengasingan, Dalai Lama. Unjuk rasa tersebut adalah yang terbaru dalam tiga pekan kerusuhan maut antara warga Tibet dengan pasukan keamanan China. Demonstrasi tersebut bermula di ibukota Tibet, Lhasa, untuk memperingati perlawanan terhadap China tahun 1959. Unjuk rasa damai selama empat hari meledak menjadi kerusuhan di Lhasa pada tanggal 14 Maret, dan menjalar ke berbagai daerah yang dihuni warga Tibet di China bagian barat, termasuk di provinsi Sichuan. China mengatakan perusuh Tibet menewaskan 18 warga sipil dan dua polisi. China berkuasa di Tibet sejak 1951 setelah satu tahun sebelumnya mengirim tentara untuk "membebaskan" daerah pemeluk Budha itu, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008