Medan (ANTARA News) - Bagi nasabah, calon nasabah dan calon investor, indikasi awal bagi suatu bank untuk dilikuidasi, ditutup atau bangkrut mudah diketahui melalui tingkat suku bunga deposito dan tabungan yang cukup tinggi di atas tingkat bunga rata-rata. "Kedua indikasi ini bukan mutlak bahwa suatu bank akan dilikuidasi, ditutup atau bangkrut karena manajemen bank tentu akan berusaha agar banknya akan tetap eksis, tetapi indikasi tersebut dapat merupakan peringatan bagi calon nasabah dan investor," kata Prof Dr Fachrudin saat pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, di Medan, Sabtu. Ia menjelaskan, bank menjadikan tingkat bunga deposito dan tabungan yang jauh di atas rata-rata sebagai alat penarik dana dari pihak ketiga. Seharusnya dana pihak ketiga didapat bukan dari tingkat bunga yang tinggi tetapi dari pelayanan yang memuaskan dan keamanan dana yang disimpan pada suatu bank, katanya. Tingkat bunga kredit yang tinggi terpaksa dilakukan bank untuk menutupi beban bunga yang diberikan kepada deposan dan penabung sementara para debitur umumnya tidak menghendaki bunga yang tinggi kecuali jika dengan syarat-syarat yang longgar. "Mungkin pihak bank hanya mementingkan syarat agunan, jika ini terjadi cepat atau lambat bank itu telah menukar sebagian aset lancarnya dengan aset tetap," katanya. Selain itu, kata dia, kurang efisien dalam mengelola aset perusahaan juga menjadi indikasi lain bank berpotensi untuk bangkrut, dilikuidasi atau ditutup. Artinya dengan sejumlah aset tertentu diperoleh hasil atau laba yang lebih sedikit dibandingkan dengan bank lain. Ketidakefisienan tersebut salah satunya adalah beban bunga deposito cukup tinggi yang disebabkan oleh pemberian tingkat bunga deposito dan tabungan yang tinggi. "Kekurang efisien lainnya dapat diketahui dengan melihat dan mempelajari laporan keuangan bank yang bersangkutan," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008