Banda Aceh (ANTARA News) - Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Irwandi Yusuf, didampingi Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Supiadin AS dan Kapolda NAD, Irjen (Pol) Rismawan, pada hari kedua "Peasan Raya" (Pesta Budaya Rakyat) "Diwana Cakradonya", Minggu, melakukan pawai keliling dengan naik gajah. "Diwana Cakradonya" itu pada Sabtu (12/4) malam dibuka Gubernur NAD Irwandi Yusuf di Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh, dan akan berlangsung hingga Kamis (17/4), dengan kegiatan pentas seni, promosi wisata, pergelaran budaya dan adat istiadat yang berlaku di Aceh. Kegiatan pawai kebesaran yang disebut "Ranjo Peukateun Raya" itu juga melibatkan sembilan gajah dan 24 kuda serta 600 "imuem mukim" (tokoh adat). Gubernur naik gajah bernama "Sadat", Pangdam naik gajah "Meudang" dan Kapolda menaiki gajah bernama "Rahmad". Dengan pakaian adat Aceh, pawai keliling itu ditandai dengan pelepasan resmi oleh Wakil Gubernur NAD, Muhammad Nazar didampingi Dirjen Seni, Budaya dan Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Tjetjep Suparman dari kediaman resmi di Pendapa Gubernuran. Ketiga pejabat itu melintasi ruas jalan Kota Banda Aceh yang kini sedang dalam persiapan menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-803 pada 22 April 2008. Saat melintas di depan Masjid Raya Baiturrahman --yang menjadi masjid kebanggaan masyarakat Aceh--iring-iringan gajah yang dinaiki ketiga pejabat itu berhenti sejenak karena masyarakat yang menonton melambaikan tangan kepada rombongan yang telah berjalan kurang lebih sepanjang 2 Km. Meski cuaca sangat panas, sehingga beberapa kali gubernur meminta air minum dan membagikannya kepada dua sejawatnya, namun secara umum prosesi pawai gajah itu berjalan dengan lancar. Dalam kegiatan pawai keliling itu, warga masih menilai kurang sosialisasi, meskipun panitia telah menginformasikan kegiatan tersebut sejak beberapa hari terakhir. "Saya tidak tahu ada pawai, padahal saya tinggal di seputaran kota Banda Aceh. Sepertinya kurang informasi," kata Nurbaiti (40), salah satu warga Banda Aceh. Menurut Nurbaiti, biasanya jika ada pawai maupun kegiatan lainnya seperti perayaan HUT RI 17 Agustus dan perayaan tahun baru Hijriyah, jalan-jalan protokol dipadati masyarakat yang ingin melihat kemeriahan perayaan tetapi pawai pekan budaya kali ini sepi pengunjung. Meski sepi masyarakat yang menonton, pawai pekan budaya "Diwana Cakradoya" yang digelar dalam rangkaian tahun kunjungan wisata dan investasi Aceh tahun 2008 itu meriah dengan iringan puluhan kuda dan sembilan gajah. Iring-iringan pawai, selain diikuti tokoh adat dari seluruh Aceh dan seniman musik serta seni debus juga diwarnai puluhan pengendara sepeda dan sepeda motor maupun mobil VW ikut ambil bagian dalam pagelaran itu. Peserta juga terdiri atas barisan "linto" dan "dara baro" (pasangan laki-laki dan perempuan muda) berpakaian adat, para tokoh adat dan masyarakat serta pelaku seni ikut serta dalam pawai kebesaran tersebut. Warga lainnya, Fahrul (24) mengatakan pawai tersebut cukup menghibur dan menjadi ajang pengulangan kembali budaya Aceh terutama prosesi patroli keliling kota oleh "raja" dengan menunggang gajah seperti yang pernah berlaku pada masa kesultanan Aceh tempo dulu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008