Jakarta (ANTARA News) - Departemen Perindustrian (Depperin) memproyeksikan ekspor sepatu dan alas kaki tahun ini naik sekitar 10 persen di banding tahun sebelumnya dari 1,6 miliar dolar menjadi sekitar 1,8 miliar dolar AS. "Potensi ekspor sepatu masih sangat besar, dengan pasar utama Eropa dan Amerika Serikat," kata Direktur Industri Aneka Depperin Budi Irmawan di sela-sela pameran sepatu dan alat olah raga di plasa Depperin, Jakarta, Selasa. Ia mengakui, sebagian besar ekspor sepatu dan alas kaki Indonesia merupakan produk maklon atau pesanan dari pemegang merek sepatu dunia, seperti Reebook dan Adidas. Namun, selain produk sepatu pesanan pemegang merek, industri sepatu dan alas kaki nasional itu juga telah mampu mengembangkan merek sendiri dan melakukan ekspor. "Banyak industri sepatu skala menengah yang mampu melakukan ekspor, terutama untuk produk sepatu casual yang terbuat dari kulit," katanya. Bahkan ke depan pengembangan industri sepatu nasional akan diarahkan ke produksi sepatu casual yang pasarnya cukup besar baik di pasar ekspor maupun dalam negeri. "Saat ini permintaan sepatu untuk keamanan (safety shoes) cukup besar dari dalam negeri. Kami mendukung pengembangan sepatu untuk keamanan tersebut," katanya. Sementara itu Sekjen Depperin Agus Tjahajana yang ditemui di area pameran mengakui produk sepatu casual lokal perlu ditingkatkan baik dari sisi desain maupun kenyamanan. "Balai besar kulit yang kami miliki sebenarnya telah melakukan pembinaan terutama bagaimana membuat sepatu yang nyaman dipakai serta penggunaan lem yang baik dan kuat," katanya. Ia optimis mutu sepatu lokal akan terus meningkat dengan adanya pembinaan tersebut, namun konsumen di dalam negeri juga harus mendukung dengan membeli produk dalam negeri dibanding impor. Ekspor sepatu dan alas kaki nasional pada 2006 hanya sekitar 1,5 miliar dolar AS, kemudian naik sekitar delapan persen pada 2007 menjadi 1,6 miliar dolar AS dan diproyeksikan naik 10 persen pada 2008 menjadi 1,8 miliar dolar. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008