Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil, mengatakan pihaknya akan menunda terlebih dahulu pelaksanaan privatisasi melalui metode penawaran saham perdana (IPO) sejumlah BUMN hingga berakhirnya semester I 2008, atau tepatnya akan dilaksanakan mulai semester II 2008. "Kita tunda dulu IPO (Initial Public Offering) yang baru karena pasar masih lemah sampai berakhirnya semester I 2008," kata Sofyan Djalil menjawab pertanyaan wartawan, di Jakarta, Selasa. Menurut dia, pada semester II 2008 pasar akan jauh membaik sebagaimana prediksi para analisis di Tanah Air. Oleh karena itu, pihaknya akan terus membina komunikasi dengan DPR agar ketika pasar membaik, sejumlah BUMN yang telah disiapkan langsung diproses untuk "go public". "Komunikasi dengan DPR terus kita dijalankan agar ketika pasar membaik, kita sudah siap go public kembali," katanya. Sebelumnya, Sofyan mengatakan, pada intinya pihaknya tidak akan melakukan privatisasi asal laku atau obral untuk seluruh BUMN yang termasuk dalam list privatisasi 2008. "Kita tidak akan lakukan itu sebab privatisasi itu merupakan bagian dari restrukturisasi BUMN," katanya. Kementerian Negara BUMN telah mempersiapkan sebanyak 36 BUMN untuk diprivatisasi tahun ini. Pihaknya berencana mengusulkan ke Komite Privatisasi meski daftar 36 BUMN yang diusulkan untuk privatisasi sebelumnya telah lebih dahulu diserahkan ke DPR. Daftar privatisasi BUMN yang sempat diserahkan kepada DPR beberapa waktu lalu merupakan bahan diskusi sehingga masih ada kemungkinan nama-nama BUMN yang akan diusulkan untuk privatisasi akan bertambah atau berkurang. Lebih lanjut, Sofyan mengatakan privatisasi BUMN dilakukan tidak untuk menjual BUMN, melainkan untuk menambal setoran APBN termasuk memberdayakan banyak BUMN. "Itu akan menjadikan BUMN lebih transparan dan dinamis," katanya. BUMN yang diusulkan untuk diprivatisasi adalah PT Asuransi Jasa Indonesia, BTN, Jakarta Lloyd, Krakatau Steel, Industri Sandang, PTB Inti, Rukindo, Bahtera Adi Guna, PT Perkebunan Nusantara III, PT Perkebunan Nusantara IV, PT Perkebunan Nusantara VII, dan Sarana Karya. Selain itu, Semen Batu Raya, Waskita Karya, Sucofindo, Surveyor Indonesia, Kawasan Berikat Nusantara, Kawasan Industri Medan, Kawasan Industri Makasar, Kawasan Industri Wijaya Kusuma, BNI Persero, Adhi Karya (direncanakan rights issue), Pembangunan Perumahan (melalui IPO), Kawasan Industri Surabaya, dan Rekayasa Industri (ada saham negara hampir 5 persen). PT Dirgantara Industri, Boma Vista, PTB Barata, PTB Inka, Dok Perkapalan Surabaya, Dok Perkapalan Koja Bahari, Biramaya Karya, Yodya Karya, Kimia Farma dan Indo Farma (keduanya mau merger), PT Kraft Aceh, dan Industri Kapal Indonesia.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008