Abad 21 ini seiring perkembangan teknologi, konsep dari centralized power system atau pembangkit listrik tersentralisasi sudah tidak valid
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Febby Tumiwa mengatakan Indonesia perlu mengembangkan sistem ketenagalistrikan berbasis kepulauan sebagai upaya mengamankan pasokan energi apabila suatu saat terjadi gangguan sistem yang dapat menyebabkan pemadaman aliran listrik.

"Untuk Indonesia, kita harus mengembangkan sistem ketenagalistrikan berbasis kepulauan. Sumber daya energi yang ada di pulau-pulau itu harus dikembangkan," kata Febby Tumiwa di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan bahwa sistem ketenagalistrikan yang tersentralisasi saat ini tidak cocok untuk Indonesia sebagai negara kepulauan, karena terhalang laut yang terbentang luas.

Untuk mengembangkan listrik berbasis kepulauan maka yang perlu diperhatikan adalah faktor permintaan listrik, karakter pengguna listrik hingga ketersediaan energi primer setempat.

"Indonesia tidak hanya kepulauan, tetapi juga karakter orang penggunaan listrik, tingkat kemajuan ekonomi pembangunan di pulau itu akan menentukan pengembangan," jelasnya.

Pengembangan ketenagalistrikan berbabis kepulauan, lanjut dia, akan menghemat biaya yang dikeluarkan karena sumber energi primer itu berasal dari angin, air, maupun matahari yang bersifat terbarukan. Adapun jika terjadi gangguan di listrik pusat, maka dampaknya tidak akan meluas.

"Abad 21 ini seiring perkembangan teknologi, konsep dari centralized power system atau pembangkit listrik tersentralisasi sudah tidak valid," ujarnya.

Dengan perkembangan teknologi itu, lanjut dia, justru yang sekarang berkembang adalah distributed generation atau pembangkit listrik terdistribusi.

Belasan ribu pulau di Indonesia mampu menghasilkan energi listrik, tanpa perlu bergantung pada energi sentra dengan jumlah pembangkit listrik terdistribusi yang tersebar di banyak tempat.

"Kapasitas (energi) tidak besar, tapi bisa dikelola dalam satu sistem dan sistem itu memungkinkan dioperasikan secara efektif dan efisien," ucapnya.

Lebih lanjut dia menyampaikan Indonesia saat ini memiliki sumber energi primer dari sinar matahari melalui pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang dipasang di atap-atap rumah.

"Studi kami mengatakan potensi dari listrik tenaga matahari yang dipasang di atap atap rumah mencapai 119-550 GW. Itu jumlahnya sangat besar," ucap Febby.

Sebelumnya, listrik padam selama beberapa jam terjadi pada Minggu (4/8/2019) yang mengakibatkan lumpuhya berbagai aktivitas bisnis dan pelayanan publik.

Kepolisian Daerah Jawa Tengah telah mengecek tower transmisi di daerah Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah sebagai tempat kejadian perkara (TKP) terkait padamnya listrik hampir seluruh Pulau Jawa dan Bali tersebut.

Baca juga: PLN bakal potong gaji karyawan untuk bayar kompensasi listrik padam

Baca juga: Kecewa listrik padam, Presiden: Itu artinya tidak dikalkulasi

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019