Magelang (ANTARA News) - Kaum perempuan jangan mau lagi dibohongi janji-janji calon pemimpin dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) maupun Pemilu 2009 mendatang, kata Artis, Rieke "Oneng" Dyah Pitaloka. "Pemimpin sering menjual janji-janji surga, jadi perempuan sering dibohongi, saat pilkada jangan mau dibohongi lagi," katanya saat berbicara pada talk show "Perempuan Menjabat Persoalan Kaum Perempuan" yang diselenggarakan Forum Pemberdayaan Perempuan Magelang, di Magelang, Sabtu. Menurut dia, Indonesia saat sekarang membutuhkan kehadiran pemimpin yang mengerti secara baik kaum perempuan. Rieke pun menyatakan akan mencalonkan diri dalam Pemilu 2009. Tetapi pada kesempatan itu pemeran Oneng dalam sinetron Bajaj Bajuri itu tidak menyebut akan mencalonkan diri sebagai presiden, wakil presiden, atau anggota legislatif. "Tahun 2009 saya akan mencalonkan diri," katanya. Ia mengatakan, kepemimpinan tidak ada hubungan dengan jenis kelamin. Bisa saja kepemimpinan perempuan lebih amanah ketimbang laki-laki. Tetapi, kata Rieke yang juga Duta Buruh Migran dan Duta Lingkungan Hidup itu, kadang-kadang saat pemilihan, para ibu tidak sadar lebih memilih calon yang ganteng tanpa melihat program kerjanya dan pemahamannya terhadap masalah perempuan. Ia mengatakan banyaknya persoalan yang dihadapi perempuan antara lain antre minyak goreng, anak sakit, dan harga sembako yang mahal. "Sembako mahal yang pusing ibu-ibu karena yang mengatur dapur ibu-ibu, makan tidak enak bapak ngomel-ngomel, di Jakarta ibu-ibu antre minyak tanah dari jam 05.00 WIB," katanya. Ia menyatakan ironi adanya anak gizi buruk di Jakarta yang notabene berada di pusat pemerintahan nasional. "Dua hari lalu saya mengunjungi Jakarta Barat ketemu anak gizi buruk, rambut kemerahan, mata berair, kurus, perutnya buncit, ibu-ibunya juga kurus-kurus. Penyebabnya karena kebijakan politik yang tidak properempuan dan anak-anak," katanya. Pembicara lainnya adalah Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Apik, Ratna Batara Murti, dan Bupati Kebumen, Rustriningsih. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008