Jakarta (ANTARA News) - Dua BUMN, PT Krakatau Steel (KS) dan PT Aneka Tambang (Antam), bekerja sama membentuk perusahaan patungan untuk mengolah bijih besi di Kalimantan Selatan dengan investasi sekitar 60 juta dolar AS. "Dalam kesepakatan itu KS menguasai saham perusahaan patungan sebesar 65 persen dan Antam 35 persen," kata Dirut KS, Fazwar Bujang, di Jakarta, Selasa. Nota kesepahaman (MoU) pembentukan perusahaan patungan yang diberi nama PT Meratus Jaya Iron & Steel tersebut ditandatangani pimpinan kedua BUMN, di Jakarta, Selasa. Fazwar menjelaskan perusahaan tersebut akan mengelola pabrik pengolahan bijih besi yang akan dibangun mulai November 2007 dan ditargetkan beroperasi pada 2010. "Proyek pembangunan pabrik itu diharapkan mampu menghasilkan produksi 315 ribu ton bijih besi per tahun," katanya. Perusahaan itu akan menjadi perusahaan besi baja pertama yang menggunakan sumber daya alam lokal. Lebih jauh ia menjelaskan selain menggunakan modal dari KS dan Antam, pembiayaan proyek pembangunan pabrik bijih besi tersebut juga menggunakan pinjaman bank nasional, yaitu dari Bank Mandiri. Komposisi pembiayaan terdiri dari 35 persen dari KS dan Antam, serta sisanya 65 persen berasal dari Bank Mandiri. Produksi bijih besi yang dihasilkan, lanjut dia, akan dikonsumsi sepenuhnya oleh pabrik pengolahan baja KS yang berada di Cilegon, Banten. Dalam jangka panjang, KS, lanjut Fazwar juga berencana mengembangkan proyek tersebut sebagai industri besi baja terintegrasi dengan kapasitas satu juta ton per tahun, mulai dari penguasaan penambangan bijih besi, pabrik baja (steel making) sampai ke rolling (produk baja hilir). "Studi kelayakannya proyek itu (pabrik baja terintegrasi dari hulu ke hilir) akan selesai pada 2009. Pembangunan pabrik besi baja terintegrasi itu sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku," kata Fazwar. Ia mengatakan, KS juga menunggu investor strategis untuk berinvestasi membangun pabrik besi baja terintegrasi di Kalimantan Selatan tersebut yang diperkirakan membutuhkan investasi sebesar 600 juta dolar AS. Investasi sebesar itu di luar biaya pembangunan infrastruktur yang harus dilakukan di pabrik baja Kalimantan Selatan mengingat daerah belum memiliki infrastruktur, baik berupa jalan, pelabuhan, sarana air bersih dan pembangkit listrik.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008