New York (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Ibu Negara Michele Obama pada Selasa sore waktu setempat mengikuti acara penghormatan bagi 12 tentara dan satu warga sipil yang menjadi korban penembakan membabi buta di markas tentara di Fort Hood, Texas, pada 5 November lalu.

Seperti yang dilaporkan media setempat, pemberian penghormatan terakhir itu dilangsungkan di markas Fort Hood dan dihadiri oleh ribuan orang.

Berpakaian serba hitam, Obama dan Michele memimpin acara penghormatan dengan mendatangi satu-persatu dari 13 papan yang diletakkan berjejer di bawah podium tempat Obama sebelumnya menyampaikan pidato.

Pada papan-papan dua tingkat itu terletak foto para korban dan sepatu `boot` tentara peninggalan mereka, lengkap dengan senapan yang disusupkan ke dalam sepatu. Di atas senapan, diletakkan helm tentara.

Sambil memberikan penghormatan kepada para korban, Obama meletakkan koin panglima militer di samping foto-foto tentara yang gugur.

Selain mengikuti acara pemberian penghormatan, Obama sebelumnya juga melakukan pertemuan pribadi dengan keluarga para korban tewas serta para korban luka-luka yang dirawat di rumah sakit.

Penembakan massal yang disebut-sebut dilakukan oleh tentara AS yang berfungsi sebagai psikiater, Mayor Nidal Malik Hasan, itu selain menewaskan 13 orang, juga melukai 29 lainnya.

Dalam pidatonya, Presiden Obama mengutuk keras penembakan massal yang dialami para tentara.

Insiden itu menurut dia berada "di luar logika" karena terjadi di tempat yang seharusnya aman, yaitu di dalam wilayah Amerika sendiri.

Sementara Obama menjanjikan investigasi tuntas akan dilakukan terhadap kasus penembakan 5 November itu, berbagai kalangan di AS saat ini mempertanyakan kinerja lembaga intelijen AS.

Lembaga-lembaga intelijen dianggap kecolongan mengidentifikasi Nidal Hasan sehingga berbuntut dengan terjadinya penembakan maut di markas tentara di Fort Hood.

Menurut laporan media AS yang mengutip sumber-sumbernya, kajian intelijen sempat menunjukkan bahwa Nidal Hasan melakukan komunikasi dengan seorang imam Islam radikal di luar negeri.

Laporan juga menyebutkan bahwa Nidal Hasan akan diadili di mahkamah militer dan kemungkinan akan dituntut hukuman mati.

Tiga minggu terakhir ini memang merupakan hari kelabu, terutama bagi militer AS. Sekitar dua minggu sebelumnya, Obama juga menghadiri acara penghormatan terakhir bagi 18 tentara AS yang tewas saat bertugas di Afghanistan di Pangkalan Udara Dover di Delawere. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009