Seoul (ANTARA News) - Pimpinan kantor berita dunia yang berkumpul di Seoul, Korea Selatan, Kamis, prihatin dengan perkembangan situasi di semenanjung Korea menyusul tenggelamnya kapal patroli angkatan laut Cheonan yang menewaskan 38 orang dan delapan lain hilang.

Presiden Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA) Ahmad Mukhlis Yusuf pada KTT Media Asia Pasifik yang dibuka oleh Perdana Menteri Korea Selatan Chung Un-Chan meminta pimpinan media dunia yang hadir untuk berdiri dan mengheningkan cipta atas musibah yang meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea.

"Semoga arwah beristirahat dengan damai dan yang hilang bisa segera ditemukan," katanya dalam hening cipta yang diikuti 68 pimpinan kantor berita dari Asia Pasifik, Arab, Mediterania, Eropa dan Balkan serta Perdana Menteri Korea Selatan Chung Un-Chan.

Mukhlis Yusuf yang juga Dirut Perum LKBN ANTARA sudah tiga tahun terakhir ini memimpin OANA, organisasi kantor berita dari 33 negara di kawasan Asia Pasifik.

Bekerja sama dengan kantor berita Yonhap, OANA mengumpulkan para tokoh media di Seoul untuk membahas tantangan dan peluang yang dihadapi kantor berita pada era konvergensi multimedia.

OANA Summit Congress dibayangi kasus tenggelamnya kapal patroli angkatan laut pada 26 Maret 2010 di perairan dekat perbatasan dengan Korea Utara.

Meski belum bisa dibuktikan keterlibatan Korea Utara dalam insiden itu, laporan media setempat menyebut kemungkinan kapal tersebut ditorpedo atau terkena ranjau laut yang disebar Pyongyang.

Kantor berita Korea Utara KCNA, yang juga anggota OANA, tidak hadir pada KTT Media Asia Pasifik tersebut. Panitia sudah melakukan berbagai cara agar KCNA bisa hadir untuk menenangkan situasi dan persaudaraan yang dikembangkan di OANA terlepas dari sikap dan ideologi politik.

"Tapi tidak ada respon," kata S.Y.Park, dari panitia KTT, menjelaskan ketidakhadiran KCNA pada pertemuan terbesar sepanjang sejarah OANA tersebut.

"Ledakan luar"

Harian The Korean Herald melaporkan bahwa tim penyelidik menyatakan kapal patroli Cheonan tenggelam akibat adanya "ledakan dari luar" yang makin meneguhkan keterlibatan Korea Utara. Meskipun demikian, Seoul belum secara resmi menuding Korea Utara karena belum ada bukti kuat.

Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak mengatakan musibah Cheonan telah membuka mata rakyat di Selatan akan pentingnya keamanan nasional dan pemahaman akan Korea Utara sebagai rezim yang bandel.

Lee meminta rakyatnya untuk waspada dan siaga menghadapi ancaman Korea Utara.

"Jangan dilupakan bahwa kita tinggal hanya 40 mil dari rudal-rudal jarak jauh Korea Utara," katanya,

Buku Putih Pertahanan Korea Selatan pada 2004 menyatakan Korea Utara sebagai "ancaman militer langsung". Buku Putih tahun 2009 menyatakan "Korea Utara sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasional" Korea Selatan.
(A017/B010)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010