Boyolali (ANTARA News) - Pengungsi letusan Gunung Merapi yang tersebar di sejumlah daerah mengaku sudah kehabisan uang, sementara kebutuhan makanan relatif tercukup dari bantuan yang datang dari berbagai pihak.

Sejumlah pengungsi asal Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, ketika ditemui pada Jumat mengatakan sudah kehabisan uang padahal mereka setiap hari membutuhkan uang transportasi untuk mengurusi ternak-ternaknya yang ditinggal mengungsi.

Sugiyo (47) dan bersama istrinya, ketika ditemui sedang memberi makanan empat sapinya yang berada dalam rumahnya. Ia baru saja datang dari lokasi pengungsian di Jatinom, Kabupaten Klaten, bersama satu anaknya yang siang itu ditinggalkan sendirian di pengungsian.

"Kalau setiap hari saya tidak beri makan dan minum, sapi ini bakal mati. Saat ini saja bobot sapi saya sudah turun beberapa kilogram," katanya. Desa Sruni berjarak sekitar delapan kilometer dari puncak Merapi.

Ia mengatakan, setiap hari untuk biaya transpot dan beli pakan ternak tidak kurang dari Rp25.000, padahal saat ini sudah lebih dari delapan hari berada di pengungsian.

Empat sapi itu merupakan harta paling berharga yang dimiliki Sugiyo, yang sebagian di antaranya dibelinya melalui pinjaman Bank BRI. "Sebagian uang utangan itu saat ini malah berkurang untuk menutup kebutuhan sehari-hari," katanya.

Istrinya mengkhawatirkan uang pinjaman itu malah habis untuk menutup kebutuhan sehari-hari selama keluarganya mengungsi. Padahal enam bulan kemudian ia harus mengembalikan pinjaman ke bank.

Warga Sruni, Ny Sarbiyah (50) juga mengatakan setiap hari pasti pulang ke rumah untuk merawat dan memberi pakan ternaknya. Ia mengaku juga mengeluarkan banyak uang selama mengungsi, sementara penghasilan suaminya sebagai petani tidak ada.

Selama masa mengungsi, ia mengeluarkan uang sisa dari penjualan cengkih dan bunga mawar sebelum Merapi meletus. Namun ia khawatir uang itu akan segera habis sehingga kelak tidak punya modal untuk memulai usaha kembali.

Sabar, warga Desa Samiran Kecamatan Selo malah sudah menjual dua ekor sapi miliknya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya selama berada di tempat pengungsian.

Ia menyebutkan, dua ekor sapinya dijual dengan harga Rp5 juta padahal saat membeli harganya Rp8 juta lebih. "Saya rugi Rp3 juta lebih, tetapi mau bagaimana karena saya sudah tidak memiliki uang untuk menyambung biaya hidup di tempat pengungsian," kata Sabar yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani.

Menurut dia, ada beberapa pengungsi yang sudah melakukan apa yang dirinya lakukan yaitu menjual hewan ternak. "Kalau mereka memiliki perhiasan maka barang itu yang dijual karena selama di tempat pengungsian, mereka tidak memiliki uang," katanya.

Win (27), warga Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali, mengakui, dirinya dan keluarga baru mengungsi baru mengungsi dua hari yang lalu, tetapi dirinya selalu waspada jika Gunung Merapi beraktivitas kembali.

"Mobil saya diparkir di depan rumah dengan kondisi mobil diarahkan ke jalan umum. Jika sewaktu-waktu Gunung Merapi meletus, kami langsung naik ke mobil lari mencari tempat yang aman," katanya.

Ia mengatakan, tempat duduk yang ada di dalam mobil sudah dilepas dan digantikan dengan tikar dan kasur. "Dalam kondisi seperti ini, kami harus siap-siap dan waspada jika Merapi meletus," katanya.

(A030*H015/M028/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010