Kudus (ANTARA News) - Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah tidak hanya dari kalangan usia dewasa, bahkan kalangan usia anak juga mengalami kasus serupa, menyusul ditemukannya tiga anak di kota ini yang positif terinfeksi virus mematikan tersebut.

"Ketiga anak yang teridentifikasi virus mematikan tersebut, saat ini masih dalam pengobatan," kata Kabid Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus, Abdul Aziz Achyar, Senin.

Usia masing-masing penderita tersebut, yakni usia 4,5 bulan, 7 tahun, dan 5 bulan.

"Kuat dugaan, mereka tertular ibunya yang sudah terinfeksi virus mematikan tersebut sejak masih di kandungan," ujarnya.

Hanya saja, lanjut Aziz, salah seorang dari ketiga anak tersebut belum diketahui keberadaannya, mengingat ikut pindah bersama ibunya.

"Kami tetap akan mengadakan penelusuran dengan menerjunkan tim `surveillance` dari DKK Kudus, karena penderita HIV/AIDS yang tidak mendapatkan pengobatan pertumbuhan virusnya akan semakin cepat," ujarnya.

Apabila ditemukan, katanya, DKK akan segera melakukan penanganan, termasuk memfasilitasi pengobatan ke Rumah Sakit Kariadi Semarang. "Penderita yang lain juga akan dipantau perkembangan kesehatannya," ujarnya.

Untuk mendampingi para penderita, katanya, DKK Kudus melibatkan tim sukarela dari kelompok sebaya. "Kelompok inilah yang menemani para penderita berobat ke Semarang. Termasuk dalam berkonsultasi dengan tim medis," ujarnya.

Selain tiga anak tersebut, tercatat total penderita HIV/AIDS di Kudus mencapai 15 orang. Sebagian besar penderitanya dari kalangan ibu yang tertular dari suami.

"Penyebab karena tertular suami ada enam kasus. Bahkan, ada nenek yang berusia 68 tahun tertular suaminya. Ada pula ibu yang mengandung tiga bulan," ujurnya.

Ia berharap, masyarakat ikut berperan serta mencegah meluasnya virus mematikan tersebut dengan cara-cara atau pola hidup sehat dan menghindari perzinaan.

"Sebagian besar potensi penularannya karena hubungan heteroseksual dan penggunaan jarum suntik," ujarnya.

Selain itu, dia juga berharap, penderita HIV/AIDS tidak mendapatkan pelakukan diskriminasi dalam pergaulan di masyarakat, padahal dengan bergaul dan mengalami kontak fisik dengan penderita tidak akan tertular.

"Jika penderita tersebut tetap tinggal, maka kami tidak akan kesulitan melakukan pemantauan. Kami berharap, mereka tidak diusir warga," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010