Jakarta (ANTARA News) - Perekonomian Vietnam boleh saja luluh lantak ketika terjadi perang saudara dalam kurun waktu 1957 hingga 1975. Tapi kini, Vietnam, yang berbatasan langsung dengan Republik Rakyat China (RRC) di sebelah utara ini tumbuh menjadi macan perekonomian di Asia.

Perang saudara itu menelan korban lebih dari dua juta jiwa baik pihak utara, selatan maupun Amerika Serikat dan juga membuat jutaan rakyat Vietnam melakukan eksodus ke negara Amerika Serikat, Australia maupun negara Asia termasuk Indonesia untuk berlindung dari perang yang berkecamuk di negara Paman Ho itu.

Kisah beberapa dekade silam itu, ibarat luka yang tak perlu dikenang.

Dengan jumlah penduduk 87,2 juta jiwa, Produk Domestik Bruto (PDB) Vietnam pada tahun 2009 mencapai 27.363,9 juta dolar Amerika Serikat.

Setiap tahun, negara yang mempunyai nama resmi Republik Sosialis Vietnam ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan yakni mencapai 7 persen. Dan nilai perdagangan sebesar 125.921,9 juta dolar Amerika Serikat pada tahun 2009.

Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung dalam "World Economic Forum" pada 2010 lalu, optimistis negara yang beribukota Hanoi ini, akan mampu menjadi raksasa baru Asia.

Layaknya gula yang dikerubuti semut, negara ketujuh dalam Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara ini juga menjadi incaran baru para investor. Vietnam baru bergabung dengan ASEAN pada 28 Juli 1995, namun mampu memberi warna di kawasan Asia Tenggara.

Kapitalisme yang dulunya menjadi musuh bebuyutan menjadi harapan baru masyarakat Vietnam karena banyaknya orang kaya baru di kawasan tersebut.

Mungkin masih ingat bagaimana pada 2002 lalu, perusahaan raksasa Sony Corporation, yang mengalihkan investasi ke Vietnam karena sulit bersaing dengan produk-produk sejenis asal China.

Pengalihan investasi ini tak hanya membuat seribu pekerja Indonesia dirumahkan tetapi juga memukul investasi yang ada di Tanah Air.

Vietnam, negara dengan luas 330.363 kilomter persegi tumbuh dan berkembang di segala bidang mulai dari infrastruktur, basis produksi, pertambangan, jasa maupun pariwisata walaupun didera inflasi sejak 2008 lalu.

Para pemimpin Vietnam tahu betul, bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi perlu kebijakan yang mendorong sektor industri maupun regulasi yang tidak berbelit.

Beberapa langkah yang diambil sejak 2001 lalu yakni restrukturisasi bank pemerintah, meningkatkan kinerja sistem bank komersial, memelihara tingkat pertumbuhan ekspor yang tinggi, perbaikan kompetensi dalam menarik investasi asing dan secara kontinu merenovasi dan membangun pendidikan.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini ternyata juga mengalami cobaan, Vietnam disebut-sebut menderita defisit perdagangan dengan China, bahkan tahun 2010 defisit itu mencapai 11 miliar dolar AS atau 91 persen dari total defisit perdagangan negara itu.

Pertumbuhan ekonomi Vietnam yang pesat ini tidak terlepas dari sosok Presiden Vietnam, Nguyen Minh Triet.

Triet yang sebagian umurnya dihabiskan ketika perang Vietnam menjadi motor dalam pengembangan bisnis pertanian di Vietnam.

"Saya juga akan membawa semangat reformasi pada pembangunan nasional, dengan pengalaman saya sebagai pemimpin kota yang paling dinamis di negeri ini," ujar Triet sesaat usai dilantik menjadi Presiden, pada 2006 silam.

Negara yang saat ini disibukkan dengan aksi unjuk rasa etnik Hmong ini juga bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia di bidang anti korupsi dengan cara saling bertukar pengalaman memberantas korupsi, termasuk perjanjian ekstradisi antar kedua negara.

Kemudian, mengupayakan kerja sama pasar ekspor bersama ke negara-negara tujuan ekspor kedua negara. Kerjasama ini didorong oleh adanya kesamaan produk-produk Indonesia dan Vietnam.

Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung pada KTT ASEAN ke-17 di Hanoi tahun lalu, mengemukakan bahwa ASEAN saat ini semakin terintegrasi secara politik, ekonomi dan budaya setelah melakukan pengembangan diri selama lebih dari 40 tahun.

ASEAN, katanya, tidak hanya memainkan peran penting di kawasan, tetapi juga menjadi mitra penting bagi negara dan organisasi internasional.

Sama seperti Indonesia, yang bekerja keras menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015. Vietnam pun berusaha mensejajarkan diri dengan negara yang tingkat perekonomiannya lebih tinggi seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.

Tahun 2010 Vietnam menjadi Ketua ASEAN sebelum Indonesia tahun 2011.

Ida/Indri/M016/H-RN

Pewarta: Indriani dan Inda Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011