Jakarta (ANTARA News)- Gempita Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ke 18 di Balai Sidang, Jakarta, memang tidak menyita perhatian semua publik Indonesia. Namun jelas dunia memperhatikannya.

Pemimpin negara se-Asia Tenggara itu berjalan beriringan penuh keagungan melewati ketatnya para pengawal bersenjata lengkap. Kamera para wartawan pun seketika membidiknya. Ini mungkin salah satu gambar paling menarik di antara semua aktivitas KTT. Para pemimpin itu seolah tampil bagai manusia di atas manusia.

Tapi seperti vokalis band `Serieus` senandungkan dalam lagunya "Rocker Juga Manusia", maka menteri atau bahkan presiden itu juga manusia biasa, bahkan jika didekati lebih akrab bisa memupus kesan yang sebelum ini dibayangkan.

Misalnya saja Menteri Perencanaan Nasional Pembangunan Ekonomi Myanmar, U Tin Naing Thein, yang hadir dalam Pertemuan Pejabat Ekonomi Senior Negara-Negara ASEAN sejak 4 Mei silam.

"Yang paling berkesan adalah dia sangat jarang berbicara tetapi ketika berbicara dia akan menyampaikannya secara lugas," kata Jeffrey Zakaria yang bertugas sebagai petugas penghubung atau `Liaison Officer` (LO) sang menteri di KTT ASEAN.

Menurut Jeffrey, U Tin Naing Thein adalah sosok yang disiplin, sederhana, tidak banyak menuntut, dan ramah.

"Dia disiplin, kalau ada acara selalu tiba sebelum acara dimulai. Selain itu beliau sangat sederhana, berbeda dari `stereotipe` pejabat Myanmar yang menurut media cenderung elitis. Beliau sangat murah senyum," papar Jeffrey.

Jika Menteri Myanmar adalah seorang yang sederhana, lain lagi dengan Presiden Filipina Benigno Aquino.

Demi memuaskan gairah nasionalismenya, Presiden Filipina itu menyempatkan diri meminta panitia KTT ASEAN menyediakan televisi di `country room` Filipina agar dia bisa menyaksikan pertarungan tinju antara Manny "Pacman" Pacquiao dari Filipina melawan Shane Mosley yang disiarkan langsung dari Las Vegas, Minggu.

"Melalui seorang delegasi Filipina, beliau meminta kami menyediakan televisi karena Presiden Benigno ingin menyaksikan pertarungan tinju antara Pacquiao melawan Mosley," kata seorang staf muda dari Kementrian Luar Negeri yang enggan menyebutkan namanya.

Andai saja tidak mengikuti sesi `retreat` bersama para kepala negara dan pemerintahan lainnya, Benigno pasti sudah nongkrong di depan televisi yang memang akhirnya disediakan panitia. Dia bahkan mungkin berjingkrak karena si `Pacman` menang atas lawannya.

Sangat Menyenangkan

Para LO adalah yang paling dekat dengan para presiden, perdana menteri, pejabat, dan bahkan delegasi biasa dari negara-negara peserta KTT ASEAN.

Mereka bisa disebut tim tangguh di balik kelancaran KTT ASEAN ke 18 di Jakarta.

Sejak tanggal 4 hingga 8 Mei, pagi, siang, dan malam, muda-mudi generasi penerus Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa itu terus mendampingi para pejabat negara-negara ASEAN. Lalu apa tugas mereka?

"Menyediakan semua yang dibutuhkan oleh delegasi," kata Gulardi Nurbintoro yang bertugas sebagai LO bagi para delegasi sekretariat ASEAN.

Sejak pagi para LO telah bertugas untuk mengantar kemana saja delegasinya atau pejabatnya pergi, menyiapkan kendaraan, ruangan, agenda atau jadwal acara hari itu. Bahkan, sampai ke urusan kecil seperti kartu ponsel, memesan kopi, dan... menemani ke toilet.

"Kalo Menteri U Tin maunya kopi tanpa gula tetapi dikasih creamer," kata Jeffrey. Semua tugas itu ditunaikan oleh LO Silvany Pasaribu contohnya.

Pegawai Kementrian Luar Negeri yang bertugas mendampingi delegasi Singapura itu mengaku begitu bergembira menekuni pengalaman pertamanya sebagai LO di ajang bergengsi seperti KTT ASEAN.

"Wah, saya sangat `exited` (menyenangkan)," kata perempuan muda ini.

Ia bahkan mengaku bisa memetik sejuta pengalaman karena mengikuti KTT ASEAN ke 18 itu, salah satunya bisa mengikuti `Gala Dinner` yang dihadiri para pemimpin pemerintahan dan negara sepenjuru ASEAN.

"Itu benar-benar menjadi pengalaman yang luar biasa karena kami akhirnya bisa menjalin hubungan dengan banyak orang hebat," katanya menyimpan takjub.

Tetapi, demikian gadis lulusan jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Bandung ini, yang terpenting dari pengalaman kecilnya itu adalah dia merasa telah mewujudkan salah satu tekad besar KTT ASEAN, mendekatkan diri ke masyarakat.

"Dengan itu kan kita telah merealisasikan hubungan people to people yang dicita-citakan oleh KTT ASEAN ini," kata Silvany.(*)

AR09/T010

Oleh Liberty Jemadu
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011