Islamabad (ANTARA News) - Setidaknya 29 orang tewas dalam insiden penembakan yang berbeda di selatan kota pelabuhan Pakistan, Karachi, pada Kamis dan kekerasan politik dan etnis di kota itu menelan korban 65 tewas dalam tiga hari terakhir, kata media lokal.

Menurut laporan-laporan media setempat, setidaknya 13 orang tewas pada Kamis sore ketika orang bersenjata tak dikenal menembaki dua bus di kota itu. Sekitar 30 lainnya terluka dalam serangan tersebut.

Bagian-bagian Karachi telah tegang sepanjang hari Kamis dan sebagian besar pompa bensin tetap ditutup karena alasan keamanan. Antrean panjang mobil dan sepeda motor terlihat di depan pompa-pompa bensin yang buka di kota.

Pemerintah dan dinas ambulans swasta sibuk untuk membawa orang-orang yang tewas dan terluka ke rumah sakit.

Menurut laporan-laporan media lokal, telah terjadi serangan granat di sejumlah rumah dan toko-toko, sehingga memaksa orang untuk pindah ke tempat yang aman.

Kelompok-kelompok etnis yang bersaing saling menyalahkan target serangan, tetapi polisi setempat mengatakan geng-geng kriminal juga berada di balik gelombang baru kekerasan di kota itu.

Para warga di kota mengatakan bahwa polisi dan pasukan paramiliter telah gagal untuk mengawasi kekerasan, tapi kepala polisi provinsi, Wajid Durrani, mengatakan polisi mencoba untuk melakukan tindakan keras pada penjahat.

Gerakan Muttahida Qaumi, atau MQM, kelompok etnis kuat orang-orang berbahasa Urdu di negara itu, mengadakan pertemuan darurat pada Kamis untuk meninjau situasi di kota.

MQM akan mengumumkan keputusan rapat, namun sumber-sumber mengatakan akan menyampaikan seruan-seruan untuk mogok kalau kekerasan dan "target pembunuhan" para aktivis dan pendukungnya tidak dihentikan.

Kelompok etnis Pashtun "Partai Nasional Awami" (ANP) menyerukan operasi militer untuk membersihkan senjata-senjata yang ada di kota.

Pemimpin ANP Bashir Jan mengatakan bahwa polisi dan pasukan paramiliter "Rangers" telah gagal untuk mengawasi kekerasan dan militer gagal dapat mengembalikan ketenangan.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011