London (ANTARA News/AFP) - Pendiri WikiLeaks Julian Assange dan Sosialita Jemima Khan pada Sabtu memimpin unjuk rasa di London menentang perang di Afghanistan, 10 tahun sesudah Amerika Serikat dan Inggris berperang melawan Taliban.

Panitia "Hentikan Persekutuan Perang" menyatakan 5.000 orang menghadiri unjuk rasa di alun-alun bersejarah Trafalgar, pusat London, itu. Polisi Metropolitan London tidak memberikan angka.

"Tiba saatnya Anda harus bertanya apa yang lebih berbahaya, terorisme atau kontra-terorisme," kata Jemima, mantan istri pemain kriket Pakistan beralih politisi Imran Khan, kepada kerumunan itu.

"Afghanistan masih tempat terburuk di dunia bagi perempuan untuk hidup. Jadi, dengan ukuran apa pun, tugas kita di Afghanistan gagal," katanya.

Assange, yang saat ini dalam pengawasan ketat penjaminan dalam perjuangannya melawan pemulangan dari Inggris ke Swedia atas tuduhan perkosaan, membandingkan wartawan dengan tentara untuk penjahat perang.

"Ketika kita memahami bahwa perang muncul sebagai akibat dari kebohongan, dijajakan kepada warga Inggris dan Amerika Serikat serta seluruh Eropa dan negara lain, maka siapa penjahat perangnya? Bukan hanya pemimpin, bukan hanya tentara. Wartawan, wartawanlah penjahat perangnya," kata Assange.

Assange, yang laman penentang kerahasiaannya telah menerbitkan puluhribuan kawat bocor diplomatik Amerika Serikat, meraih hadiah Martha Gelhorn untuk jurnalisme pada Juni.

Inggris adalah penyumbang kedua terbesar pasukan di Afghanistan setelah Amerika Serikat, dengan 9.500 tentara di negara terkoyak perang itu.

Sejumlah 382 tentara Inggris tewas di sana sejak awal gerakan tentara di Afghanistan pada Oktober 2001, yang diluncurkan menyusul serangan 11 September di New York dan Washington.

Pasukan tempur Barat dijadwalkan keluar dari Afghanistan pada akhir 2014, tapi jajak pendapat terbitan Kamis menunjukkan 57 persen warga Inggris ingin mereka segera ditarik.

Terdapat 140.000 tentara asing di Afghanistan tergabung dalam Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO, dengan jumlah terbesar, sekitar 100.000 serdadu, berasal dari Amerika Serikat.

Seluruh pasukan tempur dijadwalkan pergi pada akhir 2014, kendati ribuan dari mereka diperkirakan tinggal untuk melatih dan mendampingi pasukan setempat.

Sedikit-dikitnya, 460 tentara asing tewas di Afghanistan pada tahun ini, kata laman mandiri iCasualties.org.

Lebih dari 45 negara mengerahkan tentara sebagai bagian dari serdadu ISAF tersebut.

Sejumlah 711 tentara asing tewas untuk seluruh 2010, yang menjadikan tahun itu paling mematikan bagi pasukan asing di Afghanistan.

Taliban sering menyasar pasukan asing dengan peledak rakitan (IED), yang sering menyerang pasukan ronda jalan kaki atau di kendaraan lapis baja.

Sejak April hingga Juni tahun ini, 3.485 IED meledak atau ditemukan di Afghanistan, kata Badan Gabungan Penjinak IED Pentagon (JIEDDO), peningkatan 14 persen jika dibandingkan dengan masa sama tahun lalu.

Sejumlah 2.735 tentara asing tewas di Afghanistan sejak serbuan pada 2001, dengan Amerika Serikat menderita korban terbanyak dengan 1.777 orang, diikuti Inggris dengan 382, Kanada (157), Prancis (75), Jerman (52), Denmark (42), Italia (39), Spanyol (33), Polandia (30), Australia (29), Belanda (25), dan sisanya dari negara lain.

Kekerasan meningkat di seluruh negeri terkoyak perang itu, termasuk di provinsi di sekitar ibukota tersebut, seperti, Wardak, yang meningkatkan keprihatinan akan keamanan di Kabul.
(B002/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011