Medan (ANTARA News) - Bank Indonesia menegaskan perlunya kehati-hatian dan aturan main pinjaman luar negeri khususnya swasta untuk mengantisipasi dampak krisis ekonomi Amerika Serikat dan Eropa terhadap ekonomi dalam negeri.

Deputi Kepala Bagian Penata Usaha dan Publikasi Utang Luar Negeri Direktorat Internasional BI Miyono di Medan, Kamis, mengatakan, utang luar negeri Indonesia baik swasta dan pemerintah hingga Agustus 2011 masih cukup tinggi sehingga harus semakin hati-hati karena sedang terjadi krisis ekonomi global.

Dia mengatakan itu dalam dialog Perkembangan Terkini Krisis Utang Global dan Profil Utang Luar Negeri Indonesia di Kantor BI Medan yang dihadiri berbagai kalangan.

Melihat besarnya pinjaman dan terjadi krisis di Amerika Serikat dan Eropa yang juga dampaknya sudah dirasakan negara lainnya, peminjaman itu lebih lanjut harus semakin hati-hati agar Indonesia tidak terjebak dengan situasi yang semakin sulit.

Pemerintah dan BI memang ahrus melakukan berbagai langkah untuk menghindari kerugian yang lebih besar dari dampak pinjaman itu.

Pinjaman luar negeri swasta di Sumatera Utara (Sumut) per Agustus 2011 sendiri didominasi oleh pinjaman dari sektor non finansial.

"Jadi harus semakin hati-hati juga," katanya.

Kepala Bagian Penata Usaha dan Publikasi Utang Luar Negeri Direktorat Internasional Bank Indonesia, Iwan Setiawan, mengatakan secara nasional, pinjaman luar negeri swasta per Agustus 2011 sebesar 100,2 miliar dolar AS.

Mayoritas pinjaman luar negeri swasta dimiliki oleh non bank sebesar 82,3 miliar dolar AS, sedangkan bank hanya sebesar 17,9 miliar dolar AS.

Utang luar negeri swasta itu, paling banyak diserap di lima sektor mulai keuangan, industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, listrik air dan gas bersih, serta pengangkutan dan komunikasi.

,Dia mengakui, pinjaman luar negeri swasta Indonesia, paling besar berasal dari Asia dibandingkan dari Eropa.

"Tetapi dampak krisis Eropa dan Amerika Serikat tetap saja akan berpengaruh," katanya.

(T.E016/M027)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011